Lakon Remaja
Cahaya Rembulan
oleh Faizal iqbal cynk cmuanya
DRAMATIC
PERSONAL
- Abdullah (Lelaki)
- Fatimah
- Aisyah
- Hasan
- Bi Inah
- Lelaki Berjubah Putih
- Bartender
- Teman bartender
- Sopir
- Petugas rumah sakit
PROLOG
LELAKI ITU DUDUK
SENDIRIAN DI SUDUT PUB DENGAN SEBATANG ROKOK YANG TERSELIP DI JEMARINYA.
SEBENTAR-SEBENTAR BOLA MATANYA MENGERJAP SERAYA MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA,
SEOLAH HENDAK MENGENYAHKAN PIKIRAN YANG MEMENUHI ISI KEPALANYA. INGIN IA LARI
DARI SEMUA PERSOALAN, MEMBEBASKAN DIRI DARI SEGALA MACAM BEBAN YANG MENDERA.
AKAN TETAPI, LELAKI ITU TAK PERNAH BERHASIL.
BABAK
I
DI PUB BAR
ABDULLAH
(Sambil setengah mabuk)
Hei … bartender, tambaah lagi birnya!
BARTENDER MENUANGKAN BIR KE GELAS LELAKI ITU
LELAKI
(Meneguk bir di gelasnya dengan
sempoyongan)
Ka … mu tau, siapa saya he … he?
SAMBIL MENEPUK DADA. BARTENDER HANYA TERSENYUM
LELAKI
Sa … ya, sa … ya seorang lelaki sukses. Kamu, kamu tau, perusahaan saya besaaar sekali.
Istri saya artis top. Anak-anak saya cantik dan ganteng. Saya punya uang
banyak, berlimpah.
BERDIRI SEMPOYONGAN. LELAKI ITU KEMBALI MEYODORKAN
GELASNYA YANG SUDAH KOSONG.
BARTENDER
(Memegang bahu lelaki)
Tuan sudah mabuk, sepuluh gelas sudah cukup,
Tuan. Sebaiknya Tuan pulang saja.
LELAKI
(Menepis tangan bartender)
Pulang …? Mabuk …? Akh, … kau gila. Aku tak mungkin
mabuk. Aku ini ….
LELAKI TERJATUH. SI BARTENDER DAN BEBERAPA PEGAWAI PUB ITU SEGERA
MENGGOTONG LELAKI ITU KELUAR. MEREKA MENCARI
SOPIR LELAKI ITU YANG SETIAP MALAM SETIA MENEMANINYA.
BARTENDER
Ini bos Anda, bukan?
MENUNJUK LELAKI YANG DIGOTONG TEMAN-TEMANNYA
SOPIR (Mengangguk)
Teler lagi, Tuan? (Sambil membukakan pintu mobil, Bartender dan kawan-kawannya meletakkan
lelaki itu)
KAWAN
BARTENDER
Gila ya, bos kamu itu, tiap malam tak pernah absen
dari teler. Sudah, bawa pulang sana!
SOPIR :
Terimakasih Tuan-tuan!
TANCAP GAS DAN PERGI
BABAK
II
DI MOBIL (DI JALAN)
LELAKI
Eeh … eeh. Di
mana, aku? (Setengah sadar)
SOPIR
Bos, kita akan pulang.
LELAKI
Pulang?. Ah,
kau, Mir! Memang aku punya rumah tempat
aku bisa pulang? Memang ada yang
menunggu aku pulang? Paling-paling si
Inah, istri kamu yang ada.
Mir, sudah, kita muter ke pub aja lagi.
SOPIR
(Memegang kepala)
Tuan, itu tidak mungkin. Saya tidak mau diusir sama pegawai pub.
LELAKI
(Memelototkan mata)
Diusir? Hei …, apa salah kamu, Mir?
SOPIR
(bingung)
Anu, Tuan, maksud saya, saya tidak mau kembali ke
pub karena di tempat itu tadi saya lihat banyak polisi. Saya takut kena razia atau diusir.
LELAKI
(Melonggo)
Oo … oo … oo!
Kukira kau diusir. Kalau begitu
kemana ja deh, Mir! Pokoknya aku tidak
mau pulang. Rumah besar itu seperti
neraka buatku.
SOPIR
Baik, Tuan.
MOBIL YANG DITUMPANGI
LELAKI ITU MELAJU MEMBELAH MALAM. TAK
JELAS ARAH YANG MAU DITUJU. AMIR, SANG SOPIR.
MEMBAWA MOBIL ITU HANYA
MENGIKUTI SUARA HATINYA SAJA.
JIKA HARUS BERBELOK, MAKA IA MEMBELOKKAN
MOBILNYA. JIKA HARUS
BERHENTI IA PUN MENGHENTIKAN MOBILNYA.
SEMENTARA, LELAKI ITU TERTIDUR DENGAN LELAPNYA.
BABAK
III
SEORANG LELAKI
BERPAKAIAN PUTIH (LBP) MEMUTAR-MUTAR BUTIR TASBIH MENDEKATI LELAKI ITU DAN
BERBICARA DENGAN SUARA YANG LIRIH.
LBP
Abdullah, bangun! Bangun Abdullah! Bangun!
LELAKI
(Terkejut, mundur ke tembok putih)
Si … si …siapa engkau, wahai lelaki berjubah putih?
LBP
Aku adalah Kamu, Abdullah. Aku adalah suara hatimu. Aku adalah nafasmu. Aku adalah Kamu …
LELAKI
Bohong. Kamu
hantu, iblis, syaitan. (Suara keras)
LBP
Abdullah! Aku memang Kamu. Bagian lain dari hati nuranimu. Lihat … lihatlah aku dengan seksama.
LELAKI MEMANDANG LEKAT-LEKAT KE LBP
LBP
Abdullah,
Kamu sudah sangat jauh tersesat.
Apa yang Kamu cari? Semua sudah
Kamu punya. Kamu menyiksa dirimu
sendiri. Mengapa Kamu begitu bodoh
menjerumuskan dirimu? Sadarlah! Lihatlah
dirimu, tanyalah hati nuranimu.
LELAKI
(Tertunduk, menggumam)
Iya, apa yang kucari! Dunia sudah kuraih. Lalu apa lagi?
LBP
(Berbicara pelan)
Kedamaian dan
iman. Itulah yang hilang dan coba kamu
cari. Dunia yang kamu raih ternyata
membuat dirimu lupa. Sadarlah
dirimu. Kembali kekeluargamu. Di sana
ada cinta yang kamu lupa. Dia bidadari
yang selalu berdoa di tiap malamnya.
Pulanglah, Abdullah!
TIBA-TIBA SOPIR MENGEREM MOBIL DENGAN MENDADAK DAN
TERJAGALAH LELAKI ITU DARI MIMPINYA.
LELAKI (Melotot marah)
Apa … apaan kamu, Mir! Bawa mobil tidak hati-hati. Aku belum mau mati.
SOPIR
Maaf, Tuan.
LELAKI
(Dengan mata menerawang)
Mir, kita pulang dan jangan bertanya.
SOPIR MEMUTAR
MOBIL TANPA BERANI BERTANYA TENTANG KEPUTUSAN PULANG TUANNYA
BABAK
IV
DI RUMAH LELAKI. KETIKA
MOBIL LELAKI ITU MEMASUKI GERBANG SEBUAH RUMAH BESAR, SAYUP-SAYUP DIDENGARNYA SUARA MERDU ORANG
MENGAJI.
LELAKI
(Wajah binggung)
Kamu tahu suara apa itu, Mir?
SOPIR
Anu, Tuan. Itu suara orang mengaji! Suara neng Fatimah, Tuan.
LELAKI
Fatimah.
Putri bungsuku?
(Masih
heran)
Kapan dia pulang?
SOPIR
Iya, Tuan
(sambil
membuka pintu rumah)
Dia Sudah pulang tiga hari yang lalu dari pondok
pesantren. Tuan tidak bertemu dengannya?
SOPIR (Bergumam)
Bagaimana bisa bertemu, jika sudah tiga hari ini tuan tak
pulang-pulang!
LELAKI ITU BERJALAN MEMASUKI RUMAH BESARNYA. DIA
MENUJU KAMAR PUTRINYA – FATIMAH –
DI LANTAI TIGA RUMAHNYA. LELAKI ITU
MEMATUNG DI DEPAN PINTU KAMAR FATIMAH.
FATIMAH (Membaca
Q.S. Al-Baqorah : 1 – 7. Tiba-tiba matanya menangkap sesosok bayangan hitam di
depan pintu kamarnya).
Ayah?!
Benarkah Ayah?!
FATIMAH BERLARI MENCIUM LENGAN AYAHNYA
LELAKI
(Mengusap
kepala Fatimah)
Fatimah, anak ayah (GUMAMNYA).
FATIMAH
Masuklah ayah.
Fatimah kangen sama ayah. Ayah
kurusan
(memegang-memegang
tubuh ayah)
Sakit?
LELAKI MENGGELENG LEMAH. FATIMAH MENUNTUN LELAKI ITU
MASUK. MENDUDUKKANNYA. MELEPASKAN
SEPATUNYA, BAJUNYA, DAN SELURUH PAKAIANNYA, LALU BERLARI KE KAMAR MANDI MEMBAWA
SATU BASKOM KECIL AIR. MENYEKA TUBUH
LELAKI ITU. MEMAKAIKAN PAKAIAN YANG BERSIH KEPADANYA.
LELAKI
(Menangis)
Maafkan ayah, Fatimah. Ayah … (tersedu-sedu)
FATIMAH
Ayah, mengapa harus minta maaf? Manusia itu tempatnya khilaf! Alhamdulillah, ayah sudah pulang! Fatimah senang.
LELAKI
(Tersedu-sedu).
Apa yang kamu baca?
Bolehkah ayah tahu..
FATIMAH
Al-Quran.
Buku Allah yang diberikan-Nya untuk dibaca manusia. Ayat yang Fatimah baca tadi menerangkan
tentang keberadaan Al-Quran. Itulah
petunjuk dan pegangan hidup bagi manusia.
Ayah masih sering membacanya?
LELAKI
(Menggeleng)
Ayah lupa dengan-Nya.
FATIMAH
(Menghapus air mata ayah).
Allah itu maha pemaaf. Dia tak akan pernah lupa pada hamba-Nya yang khilaf. Fatimah senang ayah pulang. Artinya, kita bisa sahur bersama untuk
menyongsong hari pertama Ramadhan tahun ini.
Walaupun cuma berdua.
LELAKI
Apa maksudmu cuma berdua, Fatimah?. Bukankah ibumu
juga kedua kakamu ikut sahur bersama kita malam ini?
HERAN
FATIMAH
(Tertunduk dalam).
Ayah, Ibu …
BERHENTI
LELAKI
“Kenapa dengan Ibumu?”
SETENGAH MEMBENTAK
FATIMAH
Ibu, tadi siang dibawa ke rumah sakit jiwa. Beliau stress, ayah! Tadi beliau mengamuk
hebat begitu tahu, mba Aisyah hamil dan mas Hasan ditangkap polisi saat sedang
perta ganja dengan teman-temannya.
LELAKI TERKULAI LEMAS
BABAK
V
DI RUMAH SAKIT JIWA, SETELAH MENJALANI
PROSES HUKUM, HASAN
MENGALAMI PERAWATAN INTENSIF
DI TEMPAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN OBAT. SELAMA ENAM BULAN DI SANA, AKHIRNYA IA SEMBUH. SEMENTARA, AISYAH
TELAH MELAHIRKAN SEORANG
BAYI PEREMPUAN YANG CANTIK.
DAUD JUGA BERSEDIA
BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP
ANAK ITU. FATIMAH
TERUS MENGAJAR AYAHNYA MENGAJI. RUMAH ITU KEMBALI BERCAHAYA. MESKI IBU MASIH HARUS DIRAWAT. SUATU SORE
YANG CERAH. FATIMAH LAGI ASYIK
BERMAIN-MAIN DENGAN BAYI KECIL
AISYAH. TIBA-TIBA TERDENGAR BUNYI
TELEPON.
Kring
… Kring … Kring
AISYAH
(Setengah berteriak).
Bi Inah, tolong angkat teleponnya.
BI
INAH (Berlari-lari kecil)
Iya, Non.
“Assalamualaikum”. Cari siapa?
BI INAH TAMPAK MANGGUT-MANGGUT
AISYAH
Dari siapa, Bi?
BI
INAH
Anu, Non. Dari rumah sakit tempat ibu dirawat. Katanya penting.
AISYAH
(Beranjak
dari tempat duduknya)
Ya …, saya anaknya ibu Khadijah. Ada apa, ya?
SUARA DI TELEPON
(PEGAWAI
RS)
Begini. Bisakah Anda ke rumah sakit sekarang. Ada sesuatu dengan ibu
Anda!
AISYAH
Ba … baik. Saya ke sana segera!
Tut … tut … tut … (telepon ditutup)
SORE ITU, MEREKA
SEKELUARGA BERGEGAS PERGI KE RUMAH SAKIT. SEPANJANG PERJALANAN MEREKA DIHANTUI
PERTANYAAN BESAR: “ADA
APA DENGAN IBU MEREKA?”. SUASANA RUMAH SAKIT TIDAK TERLALU RAMAI. MEREKA SEGERA
MEMASUKI LOBI. BEBERAPA PETUGAS SEDANG BERJAGA.
HASAN
Siang,
Pa! Kami keluarga
ibu Khadijah. Tadi kami dapat telepon dari sini. Ada apa dengan ibu kami.
TAMPAK KEKALUTAN TERCERMIN DARI WAJAHNYA
PETUGAS
RS
O iya. Mari silakan ikut saya!
BERIRINGAN MEREKA
MENGIKUTI LANGKAH PETUGAS RUMAH SAKIT. SETELAH MELEWATI BEBERAPA KORIDOR, AKHIRNYA SAMPAILAH DI KAMAR
PERAWATAN IBU KHADIJAH. WAJAH SELURUH ANGGOTA KELUARGA TAMPAK TEGANG. FATIMAH
TAMPK MENGAMIT AYAHNYA YANG BERJALAN GEMETAR.
PETUGAS
RS
Mari!
SAMBIL MEMBUKAKAN PINTU
KAMAR DAN MENYILAKAN. MEREKA BERHAMBURAN MEMASUKI RUANGAN. SESOSOK TUBUH
TERTUTUP KAIN PUTIH TERBUJUR KAKU DI ATAS RANJANG!
KELUARGA
(Serentak)
Ibu ….!
TUBUH KAKU ITU DIPELUK
BERAMAI-RAMAI OLEH MEREKA. IBU YANG MEREKA CINTAI TELAH PERGI. PERGI UNTUK
SELAMA-LAMANYA! LELAKI ITU BERPALING DAN KELUAR RUANGAN. MENINGGALKAN TUBUH
ISTRINYA YANG TERBARING KAKU. MENINGGALKAN LAGU TANGIS ANAK-ANAKNYA. ADA BENING AIR JATUH DI
PELUPUK MATA LELAKI ITU.
LELAKI
(Membenturkan dahi pada tembok ruangan)
Ya, Tuhan! Aku … telah berdosa! Aku … berdosa!
Ampuni hamba! Ampuni hamba, ya Rob…!
FATIMAH
(Keluar dari ruangan, mendekati ayahnya dan
memeluknya)
Allah maha pengampun. Ibu juga pasti diampuninya.
Ibu beruntung , Yah! Ia dipanggil oleh Allah di saat cahaya Ramadhan datang
menyinari bumi!
RUANG DI RUMAH SAKIT
ITU MULAI HENING. SUARA TANGIS TADI LAMAT-LAMAT HILANG BERGANTI DENGAN SUARA
AZAN MAGRIB TANDA WAKTU BERBUKA PUASA TELAH TIBA.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar