Jumat, 27 April 2012

Asal mula Bahasa Indonesia

Asal mula Bahasa Indonesia

Posted in the Indonesia Forum
Read
176 Comments
Comments
Showing posts 1 - 20 of176
< prev page
|
Go to last page| Jump to page:
Utusan
Lebbeke, Belgium
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#1
Sep 18, 2008
 
Sumbangan Bahasa Melayu Riau Kepada Bahasa Indonesia
Kantor Balai Pustaka Indonesia.
Oleh : Prof. Dr. Khaidir Anwar, MA.

Tulisan ini menjelaskan sumbangan bahasa Melayu Riau terhadap bahasa Indonesia. Sumbangan itu dianggap luar biasa, bahkan seakan melimpah dan menyeluruh. Besarnya sumbangan bahasa Melayu itu bertolak dari beberapa ciri, antara lain fungsinya sebagai alat komunikasi dalam kehidupan tradisional dan modern, mudah menyesuaikan dengan dunia modern, mengandung unsur efisiensi bahasa yang cukup besar, dan lain-lain. Dewasa ini bahasa Indonesia telah mendapat sumbangan dari bahasa daerah, terutama Jawa. Sumbangan bahasa Melayu sendiri terlihat berkurang.
1. Pendahuluan
Pada umumnya orang mengetahui bahwa bahasa lndonesia yang sekarang berasal dari bahasa Melayu. Istilah bahasa Melayu sendiri mengacu pada bahasa Melayu Riau, yaitu bahasa Melayu yang diajarkan di sekolah-sekolah sebelum Perang Dunia II berkecamuk. Beberapa bahasa daerah juga memberikan sumbangan kepada bahasa Indonesia, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain. Bahkan, bahasa Indonesia juga mendapat sumbangan dari bahasa Barat. Penerbitan buku di Leiden dengan judul European Loan Words in Indonesian: A Checklist of Words of European Origin in Bahasa Indonesia and Traditional Malay tahun 1983 mengingatkan tentang sumbangan bahasa-bahasa Barat kepada bahasa Indonesia.“Apa sumbangan bahasa Melayu Riau terhadap bahasa Indonesia? Akankah semua kata yang berada dalam kamus Melayu dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia? Bagaimana dengan tata bahasanya?” Penulis memperkirakan hal ini sama dengan berbagai buku tentang gramatika bahasa Melayu yang juga dapat dianggap membicarakan bahasa Indonesia. Kalau demikian jalan pikiran kita, maka kita hanya mengganti nama saja, yaitu dari bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Akan tetapi, cara seperti ini tentunya bukan satu-satunya jalan untuk melihat persoalan (Anwar, 1980: 24–27).
2. Masalah Nama
Selain diperingati sebagai bulan Sumpah Pemuda, bulan Oktober juga diingat sebagai bulan pengukuhan bahasa persatuan, bahasa Indonesia.“Apakah sesudah peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 kita sudah benar-benar mempunyai bahasa Indonesia, atau lebih tepat lagi menanamkan bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia? Ataukah pada waktu itu orang Indonesia menganggap bahwa bahasa Melayu Riau sama dengan bahasa Indonesia?” Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada kesepakatan bulat di antara golongan nasionalis Indonesia pada waktu itu tentang hal tersebut. Banyak orang yang menginginkan kemerdekaan Indonesia, namun tidak setuju bahasa Melayu disebut bahasa Indonesia. Penulis sudah pernah membahas masalah ini di buku lain (Anwar, 1980: 24–27).
Utusan
Lebbeke, Belgium
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#2
Sep 18, 2008
 
Barangkali alasan yang paling kuat mengenai status bahasa Indonesia ialah sejak didirikannya Republik Indonesia, sebab dalam Undang Undang Dasar 1945 disebutkan nama bahasa Indonesia. Namun, pernyataan ini tentu hanya dari sisi dasar hukumnya.
Pembahasan ini sebaiknya juga menyinggung sedikit tentang bahasa Melayu Riau.“Apakah penggunaan istilah bahasa Melayu Riau sudah benar?” Penulis berpendapat bahwa adanya istilah itu bukan karena berbagai dialek yang digunakan sehari-hari oleh penduduk yang terdapat di daerah Riau, namun karena telah berkembangnya suatu ragam bahasa baku di Kesultanan Riau masa lampau yang dipergunakan sebagai alat komunikasi resmi atau formal. Ragam bahasa formal ini tidak hanya terdapat di daerah Riau saja, tetapi juga di daerah lain, seperti Aceh, Palembang, beberapa daerah di Kalimantan dan Halmahera. Dengan kata lain, ragam bahasa formal itu terdapat di seluruh dunia Melayu. Untuk membicarakan perkembangan bahasa Melayu, analisis dunia Melayu sangat penting. Penulis teringat pada usaha Dr. Russell Jones di London untuk mencarikan suatu istilah dalam bahasa Inggris sebagai pengganti “the Malay World”.
Apabila secara ketat kita hendak membatasi bahasa Melayu di Riau saja, penulis kira kurang tepat, walaupun di masa lampau istilah bahasa Melayu Riau sering digunakan. Kalau penulis tidak salah tafsir, implikasi dari istilah bahasa Melayu Riau itu ialah bahasa Melayu tinggi, bahasa Melayu formal, dan bahasa Melayu baku. Penulis memperkirakan hal ini ada hubungannya dengan pendidikan di Sekolah Raja di Bukittinggi. Bahasa Minangkabau juga merupakan bahasa Melayu, namun berbeda dengan bahasa Melayu Riau, karena posisi bahasa Melayu Riau; sebagai bahasa Melayu tinggi tadi. Guru-guru di Minangkabau di masa lampau sering menggunakan istilah bahasa Melayu Riau; sebuah istilah yang mereka peroleh dari guru-guru berbangsa Belanda.
Utusan
Lebbeke, Belgium
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#3
Sep 18, 2008
 
Bila kita mengikuti pemikiran beberapa sarjana Belanda, terlihat bahwa yang dianggap bahasa Melayu baku ialah bahasa yang banyak dikembangkan oleh guru-guru Melayu, terutama yang bertugas di Balai Pustaka. Profesor A. Teeuw pernah menulis:

One can go further and say that it was this very group of Minangkabau school teachers at Balai Pustaka who made a significant contribution to the standardization of Malay which is often called Balai Pustaka Malay; it is the basis from which present-day Bahasa Indonesia is developed (Teeuw, t.t.: 119).

Walaupun Profesor Teeuw tidak menggunakan istilah bahasa Melayu Riau, namun yang dimaksud dengan istilah bahasa Melayu Balai Pustaka itu pada dasarnya adalah bahasa Melayu Riau dalam pengertian kita di atas. Sarjana Belanda lain, Profesor G. W. J. Drewes, yang pernah bertugas di Balai Pustaka juga menekankan pentingnya Balai Pustaka dalam hubungannya dengan pembakuan bahasa. Menurut Drewes, bahasa manuskrip yang dikirimkan oleh Balai Pustaka sering diperbaiki oleh Engku-engku Balai Pustaka dan para pengarang. Pengirim hendaknya tidak merasa tersinggung, bahkan harus berterima kasih atas perbaikan-perbaikan itu (Drewes, 1981: 102–103).

Bila kita sepakat bahwa bahasa Melayu Balai Pustaka kemudian berubah nama menjadi bahasa Indonesia, maka sumbangan bahasa Melayu Riau terhadap perkembangan bahasa Indonesia adalah luar biasa besarnya. Bahkan, barangkali tidak tepat kalau kita sebut hanya dengan istilah sumbangan. Bagi bahasa Indonesia, bahasa Melayu lebih dari sekadar sumbangan. Ia merupakan pelimpahan yang berwujud bahasa Indonesia modern. Penulis berpendapat bahwa bahasa Indonesia tidak harus dilihat hanya sebagai kelanjutan dari bahasa Melayu Balai Pustaka atau bahasa Melayu Riau. Dengan pendapat semacam ini, orang akan dapat mengemukakan argumentasi, bahwa ragam bahasa Melayu lain juga merupakan unsur penting dalam menunjang terbentuknya bahasa Indonesia sebagai bahasa modern. Bisa saja kemudian dikatakan, bahwa bahasa Melayu Riau bukan merupakan pendorong, melainkan malah menjadi penghambat tumbuhnya bahasa Indonesia.
Utusan
Lebbeke, Belgium
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#4
Sep 18, 2008
 
Pada kasus tersebut, penulis teringat pada perdebatan antara Profesor Drewes dengan Dr. C. W. Watson (Watson, 1971: 417–433). Perdebatan itu tidak langsung berkait dengan bahasa Indonesia, melainkan tentang sastra Indonesia. Namun, implikasinya juga menyangkut bidang bahasa. Profesor Drewes menganggap Dr. Watson kurang menekankan pentingnya peran Balai Pustaka, dan mengingatkan jasa-jasa penulis pada masa pra-Balai Pustaka, di antaranya penulis-penulis Tionghoa. Memang tidak dapat disangkal bahwa tulisan-tulisan yang terdapat di berbagai surat kabar menggunakan bahasa Melayu rendah. Dengan demikian, bahasa Melayu Riau dianggap tidak memainkan peran dalam mendorong terbentuknya bahasa Indonesia modern.

Bahasa Melayu Riau pada awalnya tentu lebih banyak digunakan sebagai alat komunikasi dalam membicarakan hal-hal yang lebih bersifat tradisional, sedangkan bahasa Melayu rendah di surat-surat kabar sering membahas hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan modern, seperti ekonomi, politik, pendidikan, dan lain-lain. Dengan sendirinya, bahasa Melayu rendah merupakan alat modernisasi. Akan tetapi, bagaimana dengan bahasa Melayu Riau yang dipakai di sekolah-sekolah? Bahasa ini tentu sedikit banyak dipakai pula untuk membicarakan hal-hal yang ada hubungannya dengan zaman modern.

Spekulasi yang cukup menarik ialah bagaimanakah bentuknya andaikan bahasa Melayu (Riau) tidak ada atau tidak dijadikan basis pembentukan bahasa Indonesia? Apakah bahasa Melayu rendah akan menjadi bahasa Indonesia? Apakah bangsa Indonesia mau menerima “bahasa rendahan” itu menjadi bahasa nasional? Seperti diketahui, dunia mengenal lahirnya bahasa nasional yang berasal dari bahasa rendahan atau creole.
Utusan
Lebbeke, Belgium
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#5
Sep 18, 2008
 
3. Respektabilitas
Pengalaman di beberapa negara berkembang, terutama negara-negara baru yang mempunyai masyarakat yang sudah tua, pemilihan bahasa resmi atau bahasa nasional sering terkait dengan soal tradisi besar. Banyak orang berpendapat bahwa bahasa yang mempunyai martabat adalah bahasa yang mempunyai tradisi besar, yaitu bahasa yang di masa lampau sudah dipakai sebagai kendaraan budaya tinggi, baik dalam bentuk sastra maupun dalam bentuk pemikiran atau keilmuan pada umumnya. Sebaliknya, dalam alam modern yang amat diperlukan adalah efisiensi, kepersisan, dan perbendaharaan kata yang cukup untuk mengungkapkan peradaban modern.
Antara tradisi besar dan tuntutan dunia modern tidak selalu terdapat kaitan yang erat. Ada bahasa modern yang efisien dan dapat memenuhi tuntutan kehidupan modern, tetapi ada pula yang tidak. Bila yang terjadi adalah keadaan yang terakhir, maka terjadilah hal-hal yang menarik dalam pembinaan bahasa. Adakalanya pengaruh tradisi besar itu sangat dominan pada suatu budaya sehingga orang rela mengorbankan efisiensi demi untuk melestarikan tradisi besar itu. Namun, ada pula budaya yang tidak segan-segan mengorbankan kebanggaan akan tradisi besar demi untuk mencapai suatu efisiensi di bidang bahasa. Contoh yang terbaik dari pengorbanan kebanggaan akan tradisi besar adalah bahasa Jepang, sedangkan contoh yang berlawanan dapat ditemukan di beberapa negara, seperti India dan beberapa negara Arab. Untuk kasus Indonesia, bahasa Jawa mungkin cenderung dapat digolongkan pada contoh terakhir.
Bagaimana dengan bahasa Melayu? Apakah bahasa Melayu dapat dikatakan mempunyai tradisi besar? Secara relatif, penulis berpendapat bahwa bahasa Melayu dapat dikatakan memiliki tradisi besar dalam konteks Nusantara. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa di Nusantara ini terdapat dua tradisi besar, yaitu bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Dari segi umur dan ukuran, martabat tradisi Jawa terlihat lebih besar daripada martabat tradisi Melayu.
Utusan
Lebbeke, Belgium
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#6
Sep 18, 2008
 
Namun, dalam memenuhi tuntutan adaptasi terhadap dunia modern, bahasa Melayu rasanya lebih unggul. Dalam hubungan ini, Profesor Marcel Bonneff mengemukakan sebuah tulisan yang sangat menarik tentang persoalan yang dihadapi oleh bahasa Jawa pada masa-masa sebelum diterimanya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia (Bonneff, 1981: 35–53).
Menurut Bonnef, bahasa Melayu ternyata dapat memenuhi tuntutan masyarakat Indonesia untuk mempunyai sebuah bahasa yang mempunyai latar belakang yang cukup bermartabat. Dengan Selat Malaka sebagai pusat, bahasa Melayu pernah jaya di zaman kejayaan orang Melayu, terutama di zaman Malaka. Di samping itu, kejayaan Kerajaan Aceh, Kerajaan Palembang, dan lain-lain telah meninggalkan sekumpulan manuskrip Melayu yang menyebabkan bahasa ini menjadi bahasa tertulis yang relatif mempunyai semacam kebakuan. Tanpa peninggalan manuskrip itu, bahasa Melayu (Riau) tidak akan banyak artinya. Bahasa Melayu memperoleh semacam respektabilitas berkat dipakainya bahasa tersebut untuk keperluan perdagangan, pemerintahan, dan keilmuan di masa lampau. Inilah sumbangan yang cukup besar dari bahasa Melayu (Riau) kepada perkembangan bahasa Indonesia di kemudian hari. Bahasa Melayu dengan tradisi besar dapat memberikan kebanggaan kepada para pemakainya, bahwa bahasa itu adalah suatu bahasa peradaban dan kebudayaan, bukan hanya dialek-dialek yang berserakan yang digunakan oleh kelompok-kelompok penduduk yang terbelakang. Bahasa Melayu tidak berkembang dari suatu pidgin dan creole akibat kedatangan bangsa Barat ke Nusantara.
Bahasa Melayu yang telah menjelma menjadi bahasa Indonesia telah menempatkan dirinya dalam suatu posisi khusus di tanah air tercinta ini. Kebesarannya memang tidak akan dapat diukur secara kuantitatif dan sisi kepuasan, namun umumnya orang Indonesia dapat merasakannya. Penulis berpendapat bahwa orang yang dapat merasakan semua itu tentulah orang yang menganggap bahasa Melayu adalah miliknya. Berbahagialah semua orang Melayu yang mencintai bahasa nenek moyangnya dan berbahagialah seluruh bangsa Indonesia yang sudah mempunyai bahasa Indonesia yang merupakan sumbangan bahasa Melayu, terutama bahasa Melayu Riau.
Utusan
Lebbeke, Belgium
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#7
Sep 18, 2008
 
4. Manfaat Praktis

Walaupun sumbangan bahasa Melayu dalam bentuk tuah dan martabat terhadap perkembangan bahasa Indonesia cukup penting, namun bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan hal tersebut tidak akan banyak artinya sekiranya bahasa persatuan kita itu tidak memadai untuk dipakai sebagai alat komunikasi modern. Sebenarnya, di sinilah letak kekuatan bahasa Melayu yang dikembangkan itu, yaitu ia dapat memenuhi kebutuhan kita akan bahasa modern itu. Bahasa Melayu amat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan dan kemajuan zaman. Bahasa Melayu tidak merasa janggal menerima pengaruh, baik dalam kosakata maupun pada gramatikalnya, bahkan dalam sistem bunyinya sekalipun. Sebab utama adanya karakter ini tentu ada hubungannya dengan sejarah bahasa Melayu dan sejarah orang Melayu.

Pada masa lampau, kesultanan yang berkembang di daerah Riau dan Selat Malaka pernah menjadi pusat pertemuan bangsa. Dalam suasana internasional inilah bahasa Melayu berkembang dan menempuh proses pembakuan. Pengaruh bahasa Arab yang merupakan kendaraan pikiran-pikiran baru diserap dengan cepat oleh bahasa Melayu, sebagaimana sebelumnya bahasa Melayu juga sudah menyerap unsur-unsur bahasa Sanskerta. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa bahasa Melayu merupakan alat penerimaan dan pengembangan pikiran-pikiran baru. Bahasa Melayu adalah alat modernisasi di zamannya.
Utusan
Lebbeke, Belgium
|
Report Abuse
|
Judge it!
|
#8
Sep 18, 2008
 
Kedatangan bangsa Barat ke Nusantara ini antara lain juga telah membawa pikiran-pikiran baru. Secara bertahap, pemikiran baru ini telah diserap oleh bahasa Melayu. Setelah pendidikan modern diperkenalkan pada pertengahan abad ke-19, bahasa Melayu dengan sifatnya yang sangat terbuka itu dengan cepat dapat memainkan peran. Kata-kata dari bahasa Barat dan beberapa bunyi serta sistem penyampaian buah pikiran Barat pun mulai memasuki bahasa Melayu. Pada umumnya, bahasa-bahasa daerah lain tidak dapat menyerap pengaruh asing itu semudah bahasa Melayu.

Walaupun pada masa lampau kaum terpelajar Indonesia memperoleh ilmu pengetahuan melalui bahasa Belanda, pada sebagian besar rakyat kita pengenalan ide-ide baru tidak ditangkap melalui bahasa Belanda, melainkan melalui bahasa Melayu. Di masa transisi dan kehidupan tradisional yang akan memasuki kehidupan dunia modern, bahasa Melayu sering diasosiasikan orang dengan kehidupan yang non-tradisional. Bagi orang Minangkabau misalnya, pemakaian bahasa Melayu Riau jelas dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak tradisional. Bahasa Melayu Riau dianggap sebagai bahasa tinggi, bahasa kantor, bahasa sekolah, dan bahasa pemerintahan modern.

Oleh karena karakteristik yang mudah menyesuaikan diri itu, bahasa Melayu cepat menunjukkan keunggulannya dalam menghadapi tuntutan modern dibandingkan dengan bahasa-bahasa daerah lain. Dalam hubungan ini tak dapat dilupakan pula peran yang dimainkan oleh bahasa Melayu rendah atau bahasa koran. Kegunaan praktis bahasa Melayu segera terbukti bahwa bahasa Melayu amat mudah dipelajari, baik oleh orang Indonesia maupun oleh orang asing. Dengan kata lain, mudah dipelajari untuk diambil manfaat akan kegunaannya yang praktis.

Bila kita mempelajari bahasa secara ilmiah, semua bahasa tentu mempunyai kesulitan-kesulitan tertentu. Di zaman transisi, masyarakat Indonesia cenderung melihat cara hidup baru seperti yang ditiru dari orang Eropa sebagai sesuatu yang hebat. Ini membawa akibat bahwa penggunaan bahasa Melayu yang sudah mulai menjadi bahasa modern dapat meninggikan gengsi para pemakainya, di samping memberi alat komunikasi yang relatif lebih efisien. Jadi, sumbangan bahasa Melayu Riau di bidang efisiensi bahasa juga cukup besar. Dalam hal ini, yang berjasa tentu adalah gaya bahasa Melayu baru, bukan bahasa Melayu klasik. Bahasa Melayu baru inilah yang besar sumbangannya terhadap pembentukan dan perkembangan bahasa Indonesia.

* Belajar Forex * Artikel Dan Makalah * RUBRIK KITA * KULINER NEWS * ARTIKEL KESEHATAN * Toko Online Advertise here Home » Artikel Pendidikan , naskah pidato » Karakteristik dan ciri-ciri Naskah Melayu Klasik Karakteristik dan ciri-ciri Naskah Melayu Klasik

Advertise here

Karakteristik dan ciri-ciri Naskah Melayu Klasik

Karakteristik Naskah Melayu Klasik
a. Penggunaan kosakata yang pada saat ini tidak lazim dipergunakan dalam berbahasa Indonesia.
Contoh: … akan menghibur hati yang masgul (sedih).
b. Cerita selalu diawali dengan kata penghubung yang menyatakan bahwa cerita tersebut tidak diketahui tempat dan waktu secara pasti.
Contoh: alkisah inilah cerita orang dahulu kala, hikayat namanya, terlalu indah-indah ceritanya…
c. Penggunaan kata penghubung maka dalam awal kalimat
Contoh: Maka titah sang Nata, ”Yayi Suri, telah sebenarnya seperti kata Adinda itu.” maka sang Nata pun membuat tempat memuja.
d. Penggunaan dikisi atau pilihan kata yang kurang tepat.
Contoh: Maka dikarang oleh segala oaang yang bijaksana prama kawi.
e. Penggunaan kalimat yang tidak efektif
Contoh: Sebermula pada zaman dahulu ada raja di Tanah Jawa empat bersaudara, terlalu amat besar kerajaannya.
f. Cerita tidak ada pengarangnya atau anonim.

Dilihat dari unsur-unsurnya, naskha sastra Melayu Klasik juga memiliki tema, penokohan, sudut pandang, alur, amanat, dan nilai-nilai, seperti halnya naskah sastra cerpen dan novel.

2. Unsur-Unsur Karya Sastra Melayu Klasik
a. Tema adalah ide pokok yang mendasari sebuah cerita. Pada umumnya naskah Melayu Klasik mempunyai tema perjuanganm percintaan, pendidikan, dan keagamaan.
b. Tokoh dan Penokohan. Ada tiga jenis tokoh
• Protagonis (tokoh utama/berwatak baik)
• Antagonis (tokoh dengan watak jahat)
• Trigonis tokoh penengah atau pelerai konflik.
c. Latar (setting) adalah latar belakang cerita. Ada tiga macam latar: (1) latar tempat; (2) latar waktu; dan (3) latar keadaan.
d. Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam cerita. Terdapat empat jenis sudut pandang.
• Pengarang sebagai tokoh cerita, jika tokoh utamanya ’aku’;
• Pengarang sebagai tokoh sampingan, jika terdapat tokoh ’aku’ yang bukan sebagai tokoh utama.
• Pengarang peninjau, jika pengarang hanya dapat memaparkan hal-hal yang dapat diamati pancaindra.
• Pengarang serba tahu, jika pengarang dapat memaparkan kehidupan tokoh utama dama berbagai hal.
e. Alur adalah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan membentuk suatu cerita. Ada tiga jenis alur cerita:
• Alur maju, apabila cerita dipaparkan dari awal hingga akhir secara berurutan.
• Alur mundur (flash back), apabila cerita bermula dari masa kini menuju awal peristiwa secara berurutan;
• Alur campuran, apabila penceritaannya menggunakan gabungan antara alur maju dan alur mundur.
f. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya.
g. Gaya bahasa merupakan sarana sastra yang amat penting karena hal inilah yang akan membedakan antara pengarang yang satu dengan yang lain.

terbantuknya sejarah

Sejarah Yang Digelapkan : Islam Di Benua Amerika : Red Indian Suku Cherokee Adalah Muslim

oleh Misteri & Keajaiban Alam (Fake & Fact) pada 18 Oktober 2012 pukul 14:37 ·

Sejarah mereka telah digelapkan

Jika anda melawat Washington DC, pergilah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Disana anda boleh melihat perjanjian kerajaan Amerika Syarikat dengan suku Cherokee, iaitu salah satu suku Indian, tahun 1787. Pada perjanjian itu, anda akan menemui tanda tangan Ketua Suku Cherokee yang bernama Abde Khak dan Muhammad Ibnu Abdullah.

Isi perjanjian itu antara lain adalah mengenai hak suku Cherokee dalam menjalankan perdagangan, perkapalan, dan pemerintahan suku cherokee pada waktu itu adalah mengikut undang-undang Islam. Anda juga akan menemui pakaian suku Cherokee yang menutup aurat sedangkan kaum lelaki memakai turban (serban).


Kaum wanita suku Cherokee menutup aurat

Cara berpakaian ini boleh didapati di dalam gambar atau lukisan suku cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Ketua suku Cherokee beragama Islam yang terakhir adalah Ramadan Ibnu Wati.


Gambaran pemakaian serban siku Cherokee

Bercakap tentang suku Cherokee, Sequoyah adalah salah seorang yang berpengaruh di dalam suku ini. Beliau adalah orang asli suku cherokee yang berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary suku mereka pada 1821. Syllabary adalah seperti aksara. Jika kita sekarang mengenal abjad A hingga Z, maka suku Cherokee mempunyai aksaranya yang tersendiri juga.


Acuan gangsa Seqvoyah di Perpustakaan Kongres

Yang menariknya adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini amat mirip dengan bahasa Arab. Bahkan, beberapa tulisan masyarakat cherokee abad ke-7 yang ditemui pada batuan di Nevada terpahat kata yang sangat mirip dengan kata "Muhammad" dalam bahasa Bahasa Arab.






Nama-nama suku Indian yang berasal dari bahasa Arab tidak hanya ditemui pada suku Cherokee (Shar-kee) shaja tetapi juga ditemui di dalam suku Anasazi, Apache, Arawak, Makah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni.


Suku Makah yang menutup aurat


Gadis Zuni, 1903

Selain itu, beberapa ketua suku Indian juga mengenakan penutup kepala khas orang Islam seperti ketua Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Ini semua dapat dilihat pada foto-foto di antara tahun 1835 dan 1870.



Secara umumnya, suku-suku Indian di Amerika percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Bagi mereka, tuhan tidak dapat dilihat oleh panca indera. Mereka juga yakin bahawa tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya.

Seperti kata-kata seorang ketua Suku Ohiyesa: "In the life of the Indian, there was only inevitable duty. The duty of prayer and the daily recognition of the Unseen and the Eternal".

Bukankah Al-Qur'an juga memberitakan bahawa tujuan penciptaan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah.



Sejarah Islam Dan Suku Indian Cheeroke


Sejarah hubung kait islam dan penduduk Red Indian Amerika ini adalah panjang. Semangat orang-orang Islam dan China ketika itu untuk mengenal lebih jauh tentang dunia selain untuk melebarkan pengaruh, mencari sumber dan jalan perdagangan baru dan ini menyebabkan dakwah Islam semakin meluas dan mendorong mereka untuk lebih berani melintasi kawasan yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka waktu itu. Sebagai contoh adalah Cheng Ho (nama islamnya Hajji Mahmud Shamsuddin) dan Ibnu Batutta. Selain itu terdapat juga pelayar-pelayar Islam yang lain tetapi tidak tercatat pada buku -buku akademik.


Cheng Ho @ Zheng He @ Hajji Mahmud Shamsuddin

Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatatkan perjalanan ke benua Amerika adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300-1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).

Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi Muslim Al Masudi (871-957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad adalah seorang penjelajah muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masihi. Dalam bukunya, 'Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar' (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahawa semasa pemerintahan Khalifah Sepanyol Abdullah Ibn Muhammad (888-912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik hingga menemui wilayah yang asing dan disebutnya sebagai Ard Majhoola. Kemudian beliau kembali dengan membawa pelbagai barangan yang menakjubkan. Selepas penemuan itu, banyak pelayaran menuju daratan di seberang Lautan Atlantik dilakukan. Al Masudi juga menulis buku 'Akhbar Az Zaman' yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.

Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahawa semasa pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar dari pelabuhan Delba (Palos) di Sepanyol menuju ke barat lautan yang gelap dan berkabut , iaitu Lautan Atlantik. Setelah itu mereka berjaya kembali pulang ke Palos dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang begitu asing pada masa dulu.


Beliau juga menulis menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahawa pada masa pemerintahan Khalifah Sepanyol, Hisham II (976-1009) seorang pelayar dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).

Ibn Farrukh mengunjungi Raja Guanariga dan kemudian meneruskan pelayarannya ke barat sehingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Sepanyol pada bulan Mei 999.

Pelayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maghribi juga dicatat oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya bertolak dari Tarfaya di Maghribi pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286-1307) raja keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Caribbean pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan rujukan oleh para saintis Islam.

Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu juga pernah melakukan pelayaran sehingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300-1384) telah memerincikan eksplorasi geografi ini. Timbuktu yang berada di tengah-tengah afrika kini dilupakan, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan pusat keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan baik menuju ke Timbuktu ataupun bermula dari Timbuktu.


Lokasi Timbuktu

Sultan yang tercatat akan eksplorasinya hingga ke benua baru waktu itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285-1312), iaitu saudara Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintasi Lautan Atlantik sehingga ke Amerika dan menyusuri sungai Mississippi.

Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi di antara tahun 1309-1312. Para eksplorasi ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika dilakarkan di dalam peta berwarna Piri Re'isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517.



 Peta Piri Re'isi


Perbandingan peta Piri Re'isi dengan peta sebenar

Kisah Columbus Menemui Benua Amerika

Berbalik kepada cerita Columbus, Columbus sendiri mengetahui bahawa orang-orang Carib (Caribbean) adalah pengikut Nabi Muhammad. Orang-orang Islam telah berada di sana sebelum ketibaan Columbus terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Caribbean, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperhambakan rakyat Amerika. Orang-orang Islam datang untuk berniaga dan ada juga yang mengahwini orang-orang pribumi.

Columbus juga mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Cuba telah melihat sebuah masjid (yang berada di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sisa-sisa runtuhan masjid telah ditemui di Cuba, Mexico, Texas dan Nevada. Ini sekaligus menjadi bukti kukuh bahawa Islam telah lama bertapak di sana.

Dan fakta yang perlu kita ketahui adalah 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus iaitu kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim iaitu Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon. Mereka berdua adalah bersaudara dan mempunyai kaitan persaudaraan dengan Sultan Maghribi Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER, JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]


Martin Alonso Pinzon


Vicente Yanex Pinzon

Kenapa hanya Columbus yang dikenali sebagai orang yang menjumai benua amerika? Kerana pada waktu itu kaum yahudi diusir dari sepanyol (sebanyak 300,000 orang yahudi yang diusir oleh raja Ferdinand). Orang-orang Yahudi mengumpul dana untuk pelayaran Columbus dan berita 'penemuan benua Amerika' telah diberitahu oleh Christopher Columbus kepada kawan-kawannya yang beragama Yahudi di Sepanyol.

Pelayaran Columbus ini telah dijadikan popular dan kisah ini diperlukan untuk menciptakan legenda sesuai dengan kehendak Yahudi yang ingin menguasai dunia. Tidak menghairankan jika sejarah yang kita pelajari sekarang menipu kita. Ini disebabkan semua media gergasi dunia dikuasai golongan Yahudi.


Fakta-fakta diatas memperlihatkan ketidak-jujuran penulisan fakta sejarah tentang penemuan benua Amerika. Penyelewengan sejarah oleh orang-orang Yahudi yang terjadi sejak pertama kali mereka bersama-sama orang-orang Eropah menjejakkan kaki di benua Amerika.

Laksamana Zheng He (Cheng Ho)

Tahukah anda? sebenarnya laksamana Zheng He atau lebih dikenali sebagai laksamana Cheng Ho di Malaysia dan Indonesia merupakan orang pertama yang menjumpai benua amerika, sekitar 70 tahun sebelum Columbus. Sekitar 70 tahun sebelum Columbus memacakkan benderanya di daratan Amerika, Laksamana Zheng He sudah terlebih dahulu sampai ke sana.


Salinan peta dunia hasil pelayaran Zheng Ho, lukisan asal pada tahun 1418

Para peserta seminar yang dianjurkan oleh Royal Geographical Society di London beberapa tahun lalu dihidangkan dengan satu fakta yang mengejutkan. Seorang ahli kapal selam dan sejarawan bernama Gavin Menzies telah memberikan hujah dan kertas kerja mengenai kajiannya terhadap siapa orang yang pertama menjumpai benua Amerika.

Pada seminar itu, Menzies menjelaskan bukti tentang pelayaran terkenal dari pelaut mahsyur berasal dari Cina, Laksamana Zheng He. Bersama bukti-bukti yang ditemui dari catatan sejarah, Menzies memberi kesimpulan bahawa pengembara terulung dari dinasti Ming itu adalah orang yang pertama menemui benua Amerika, bukannya Columbus.

Menurut Menzies, Zheng He 'mengalahkan' Columbus dengan tempoh beza waktu sekitar 70 tahun. Kenyataan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah. Menzies menunjukkan peta dunia yang dilukis sebelum Columbus memulakan ekspedisinya (gambar di atas). Peta itu lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Zheng He.

Menzies melakukan kajian selama lebih dari 14 tahun. Ini termasuk kajian peta-peta kuno, bukti artifak dan juga pengembangan dari teknologi astronomi moden seperti melalui program software Starry Night.

Dari bukti-bukti yang diperolehi, Menzies mengatakan bahawa sebahagian besar peta mahupun tulisan pelayaran China kuno bersumber pada pelayaran Laksamana Zheng He. Penjelajahannya sehingga mencapai benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan 1423. Sebelum itu, armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan melalui Afrika dan sampai ke Amerika Selatan.


Perbandingan armada Zheng He dan Colombus

Selama ini, masyarakat dunia mengetahui sejarah Zheng He sebagai penjelajah ulung tetapi tidak mendalami lebih dari itu. Dia lahir di Kunyang, kota yang berada di sebelah barat daya Negeri Yunnan, pada tahun 1371. Keluarganya yang bernama Ma, adalah sebahagian daripada warga minoriti Semur. Mereka berasal dari kawasan Asia Tengah serta menganut agama Islam.


Ayah dan datuk Zheng He diketahui pernah mengadakan perjalanan haji ke Tanah Suci Makkah. Zheng He adalah seorang Muslim yang taat.


Yunan adalah salah satu wilayah terakhir pertahanan bangsa Mongol, yang sudah lama wujud sebelum zaman dinasti Ming. Pada waktu dinasti Ming menguasai Yunan tahun 1382, Zheng He turut ditawan dan dibawa ke Nanjing. Ketika itu dia masih berusia 11 tahun.

Beberapa tahun selepas itu, Maharaja Cina telah memberikan nama Zheng He kepadanya hingga akhirnya dia menjadi salah satu panglima laut paling termashyur di dunia

Untuk lebih memahami sila lihat video mengenai Islam di Benua Amerika pada pautan di bawah; Muslims In American History : A Forgotten Legacy;

http://www.youtube.com/embed/HCbLcVTex1c


sejarah peradaban cina

Sejarah Peradaban Cina Kuno

Sejarah Peradaban Cina Kuno: Bagian dari Peradaban Kuno di Dunia


Peradaban Cina adalah beradaban tertua yang hingga sekarang masih bisa dirasakan. Cina memiliki peran penting dalam perkembangan peradaban dunia. Hal itu bisa dilihat dari artefak-artefak yang ditinggalkan atau falsafah yang ditinggalkan. Sebagai salah satu peradaban besar, tentu saja sangatlah perlu untuk mengetahui system politik, ekonomi dan masyarakat pada masyarakat Cina.
Periodisisa sejarah Cina adalah:


Pemerintahan
Dalam pemikiran Cina tradisional, jika pemerintah baru bertahan dalam kekuatannya, ia harus dapat membuktikan amanat dari surga untuk menjadi kaisar baru. Menurut filsuf dari orang-orang Tao, dulunya dinasti hanya dapat dibuktikan jika memiliki “mandat dari surga”, dan juga dipercaya dimana mandat dari dinasti tertentu telah dikeluarkan, hal tersebut akan mengalah pada pemberontak atau pemberontak istana. Di dalam pemikiran tradisional orang-orang Cina, kerajaan yang sesungguhnya hanya ada di surga, tetapi tetap yang melaksananakannya adalah orang-orang di dunia. Efek dari filosofi politik orang-orang Tao adalah sederhana dan praktis: setiap orang boleh mencoba keberuntungannya dengan pemberontakan jika dia sangat mengharapkannya. Apabila pemberontakannya gagal, kemudian yang membuat suatu percobaan dengan jelas tidak memiliki “mandat dari surga” dan biasanya mereka dieksekusi. Bagaimanapun, seorang pemberontak yang berhasil diambil sebagai bukti bahwa mandat dari surga benar-benar ada. Hal ini semata-mata hanyalah nyanyian kesuksesan saja. Setiap orang dapat menjadi seorang kaisar sepanjang ia dapat mengumpulkan kekuatannya.
Bagi Cina, the family was the state in miniature, the state the family writ large. Itu sebabnya Max Weber menyebut Cina sebagai “familistic state”. Penulis melihat bahwa dinasti Han yang lebih setia pada ajaran Konfusius. Menurut penulis artikel ini, akibat dari paham keluarga Cina yang ditafsirkan secara berbeda (salah) dengan apa yang dianjurkan oleh Konfuisus tentang sistem keluarga 3 generasi, Cina pernah mengalami krisis karena memberlakukan sistem three tyrannies (ruler, the father, and the husband). Three Tyrannies kemudian berkembang menjadi the three bonds (dalam bahasa Cina, sangang). The three bonds terdiri dari: relasi rulers-ministers; fathers-sons; and husbands-wifes. Tetapi rupanya paham ini berkembang lagi menjadi the three accordances atau three services: minister melayani ruler, anak melayani bapaknya, dan istri melayani suaminya (jadi tidak resiprokal, hanya pelayanan searah saja!). para pengagum three services, menganggap ini sumber dari segala keteratutan. Secara defacto, Paham three services masih sejalan dengan sistem tradisional Cina yang menekankan filial obligation dan filial piety.
Sistem three services tidak bersifat resiprokal sebagaimana yang diajarkan oleh Mencius (salah seorang murid Konfuisus). Mencius mengatakan: jika seorang pangeran merawat para pembantunya seperti tangan dan kakinya, mereka (para pembantunya) akan merawat pangeran itu seperti perut dan hati mereka. Jika pangeran merawat para pembantunya seperti kuda dan anjingnya, mereka akan merawatnya seperti seorang yang gila. Dan, jika seorang pangeran melihat para pembantunya seperti lumpur dan rerumputan, mereka juga akan melihat pangeran itu seperti seorang lawan.
Menurut Mencius, Konfusius mengajarkan bahwa keteraturan sosio-politik terjadi ketika ruler berkelakuan seperti ruler, minister berkelakuan seperti minister, dan father berkelakukan seperti father dan son berkelakukan seperti son; menurut Konfusius, hal ini yang ia sebut sebagai sumber knowledge, etika. Konfusian dari suku Han melihat bahwa Yin-Yang mengandung sistem resiprokal. Yin diidentikkan dengan minister, son and wife sedangkan Yang diidentikkan dengan ruler, father, husband. Oleh karena itu, three bonds bagi suku Han harus dilihat seperti relasi Yin-Yang.
Melihat uraian di atas, jelas bahwa Konfusius menolak sistem otoriter. Konfusius memberi tekanan pada saling adanya relasi secara etika dan bukan pada control kekuasaan yang otoriter. Seorang murid Konfusius, Xunzi mengatakan bahwa jika setiap orang bersikap hormat, tertib, tanpa cela, menghargai orang lain, saat itulah terjadi bahwa setiap orang bersaudara. Dalam sistem reciprocity, sistem absolut tidak berlaku. Karena dalam sistem reciprocity yang ditekankan adalah fleksibilitas, keutamaan (virtue). Dan, kekuatan relasi yang cocok dalam KBE tidak terletak dalam sistem kekuasaan absolut (husband, father, and ruler) melainkan pada authority yang membangun pengetahuan etika.
Bentuk pemerintahan
Sistem pemerintahan yang digunakan ketika keakaisan Cina kuno masih berkuasa adalah sistem pemerintahan yang sentralistik. Sistem sentralistik ini bisa disetarakan dengan sikap absolutisme monarki. Sehingga dalam pelaksananany timbullah istilah “semua tanah adalah tanah raja dan semua orang adalah milik raja”.


Dalam pelaksanan pemerintahn raja juga memabgi tugas-tugas bawahan. Pada masa kekaisaran kaisar terdapat enam orang bawahan. Enam orang bawahan inilah yang akan melaksanakan perintah raja. Enam orang itu memiliki tugas: menteri surga, pembuat kebijakan; menteri bumi, menteri berkenaan dengan pendidikan; menteri musim semi, menteri berkenaan dengan pengadilan agama; menteri musim panas, meneteri berkenaan dengan administrasi keseharian; menteri menteri musim gugur, menteri berkenan dengan penjatuhan hukuman; menteri musim dingin, menteri yang berkenaan dengan logistik negara, termasuk pembiayaan proyek besar. Tiap menteri memiliki staff ratusan dari bagian-bagian. Kaisar jug amengontrol enam kekuatan militer, setiap regional memiliki tiga, dua atu satu yang disesuaikan dengan wilayah.


Kemasyarakatan
Sistem keluarga Cina dipengaruhi oleh paham kekeluargaan Konfusius. Menurut Olga Lang, orangtua dalam sistem keluarga Cina berkewajiban mengajari anggota keluarganya tentang mekanisme Negara agar mereka bisa menerima ororitas Negara. Lucian Pye melihat bahwa kultur politik Cina menekankan interpendensi antara pemerintah dan keluarga. Karena, dalam masyarakat tradisional Cina, keluarga berperan untuk mengurangi kekacauan dalam institusi-institusi public, orangtua selalu menekankan order sosial dan kesejahteraan setiap anggota keluarga.
Relationship merupakan motor penggerak dalam politik ideologi kekeluargaan Cina. Implikasi politik dari sistem ini adalah bahwa dalam membangun ekonomi Cina, yang ditekankan adalah jaringan, relasi (untuk saling menolong). Kinship networks (jaringan kekeluargaan), menjadi pilar paradigma baru dalam kerangka kerja ekonomi Cina. Selain itu, yang mengakibatkan Cina mampu menguasai perekonomian secara global adalah etos kerja yang menekankan keuletan dan kerajinan. Ada tiga penjelasan etos kerja.
Pertama, dalam sistem keluarga Cina, etos kerja telah ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil. Bagi Cina, kerja dihubungkan dengan kumpulan nilai yang kompleks, yang mencakup pengorbanan diri, rasa percaya, dan hemat yang dipandang sebagai dasar terakumulasinya kekayaan.
Kedua, etos kerja Cina berorientasi kelompok. Setiap individu berpartisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, kemudian untuk kesejahteraan masyarakat.
Ketiga, orang Cina bekerja keras untuk mendapatkan imbalan materi. Dalam komunitas Cina perantauan (seperti di Singapura), kemakmuran, kenyamanan, dalam usia lanjut, menduduki posisi sentral dalam persepsi 
Cina tentang kehidupan yang baik.
Awalnya, bentuk ideal Cina adalah joint family: membangun ikatan kekeluargaan yang terdiri dari lima keturunan yang hidup secara bersama-sama dalam satu atap, sharing bersama, satu dapur bersama, saling berbagi keuntungan serta saling membantu, yang dikendalikan oleh seorang kepala keluarga. Pemerintah kekaisaran Cina tradisonal mengadopsi sistem kekeluargaan ini menjadi bentuk ideal untuk mencapai harmoni dalam sistem pemerintah. Tetapi secara defacto, sistem kekeluargaan yang dikendalikan oleh seorang kepala keluarga dan pemerintahan yang dikendalikan oleh monarkhi, mengakibatkan Cina terjerumus dalam sistem kekeluargaan dan pemerintahan yang sangat feodal (dan hal ini bertolak belakang dengan visi Konfusius yang selalu menekankan dimensi etika dalam menjalankan otoritas). Baru pada zaman dinasti Ming, sistem keperintahan yang feodal lamban laun mulai ditinggalkan. Sistem keluarga a la Konfusian menekankan etika kesalehan, sopan santun, keutamaan, menghargai orang lain. Pada abad 20-an, yang berkembang di dalam masyarakat Cina justru nuclear family (keluarga inti) dan stem family.
Kedua sistem kekeluargaan ini membangun jaringan kekeluargaan (kinship networks) yang lebih luas, tidak semata-mata secara bilogis tetapi jaringan kekeluargaan atas dasar kebajikan-etika. Banyaknya anggota keluarga dalam satu atap pun berkurang. Karena pada era itu, sistem yang cocok dengan bentuk ideal keluarga Cina (menurut kaum terpelajar Konfusian) adalah sistem 3 generasi (orangtua, anak, dan kakek-nenek). Pemerintah Singapura mempromosikan sistem 3 generasi ini dengan membangun rumah bagi mereka yang baru menikah dan ingin tinggal bersama dalam sistem 3 generasi.
Hubungan antara tiga dan lima keluarga a la Konfusian merupakan kunci relasi-relasi: ayah-anak, suami-istri, adik-kakak (sistem 3 generasi) dan sistem 5 generasi (ayah-anak, suami-istri, adik-kakak, kakek-cucu lelaki, dan paman-kemenakan lelaki). Konfusian lebih condong pada sistem 3 generasi. Bagi Konfusius, relasi antara ayah-anak, suami istri dan adik-kakak, seharusnya seperti itu relasi yang dibangun oleh aparat pemerintah (relasi kaisar-menteri, relasi menteri-rakyat, relasi kaisar-rakyat). Paham kekeluargaan Konfusian menekankan relationship atas dasar etika bukan relasi secara bilogis. Menurut Konfusius, walaupun hidup dalam satu atap, sharing secara bersama-sama belum tentu terbangun rasa solidaritas tanpa disertai sikap yang didasarkan pada moralitas (keutamaan).
Walaupun Konfusius menawarkan sistem kekeluargaan yang berbasis pada moralitas tetapi rupa-rupanya, masyarakat Cina ada yang menafsir ajaran Konfusius menjadi sangat kaku. Hal itu terjadi (misalnya) ketika orang Cina mengidentikkan family dengan jia. Jia adalah kepala keluarga yang bersifat otoriter, segalanya dia yang menentukan. Ajaran tentang jia yang menggiring Cina ke sistem tradisional keluarga yang subordinasi. Ketika seorang kaisar atau pemerintah memberlakukan paham ini dalam sistem keperintahan-an, saat itu Cina terperangkap dalam sistem pemerintah yang tirani, otoriter; sehingga demokrasi sulit mendapat tempat. Oleh karena itu, W. J. F. Jenner menyebut the Chinese family sebagai sebuah struktur yang otoiter.


Ekonomi
Ekonomi Cina dibangun berdasarkan ekonomi agrarian. Ekonomi agrarioa tyang memiliki system feodalistik. Sistem bahwa penguasaan tanah memiliki peranan penting.
Pentingnya pertanian bagi Cina telah membawa perubahan pada sisitem teknologi pertanian juga. Sisitem pertanian yang diterapkan Cina pada waktu itu telah mengenal adanya sistem irigasi, rotasi tanaman pertanian, dan penggunaan hewan sebagai alat pertanian.
Cina juga tidak tergantung pada pertanian saja, namun telah mengembangkan hasil peternakan. Peternakan yang berkemabng dicina meliputi peternakan domba, kambing dan sapi. Selain adanya binatang ternak setiap penduduk juga memilki hewan untuk dipelihara, seperti lembu janta, babi dan ayam. Perekonomian Cina juag dibantu dengan adanya perburuan yang dilakukan penduduk.
Tidak hanya pertanian, Cina juga mengembangkan sistem perdagangan dengan dunia luar. Cina telah menjalin hubungan dagang pertama kali dengan melakuakn transaksi di sekitar Cina bagian utara dan laut Cina selatan. Perdagang yang dilakuakn berupa perdagangan besi, timah, cangkang penyu, dan produk kerajinan tangan. Dengan adanya perdagangan maka terjadilah pekembangan teknologi peleburan besi, munculnya kota-kota dagang, dan penggunaan uang.

Dinasti pada Cina Kuno
Dinasti Zhou 
Dinasti Zhou (Hanzi: 周朝, hanyu pinyin: Zhou Chao) (1066 SM - 221 SM) adalah dinasti terakhir sebelum Cina resmi disatukan di bawah Dinasti Qin. Dinasti Zhou adalah dinasti yang bertahan paling lama dibandingkan dengan dinasti lainnya dalam sejarah Cina, dan penggunaan besi mulai diperkenalkan di Cina mulai zaman ini.

Dinasti Zhou didirikan oleh keluarga Ji (姬) beribukota di Hao (鎬, sekarang di sekitarXi'an), meneruskan corak budaya dan bahasa dari dinasti sebelumnya, ekspansi Zhou pada awalnya adalah melalui penaklukan. Secara berangsur-angsur Zhou memperluas budaya Shang sampai ke wilayah utara Sungai Panjang.

Pada awalnya keluarga Ji mengendalikan negara Zhou secara terpusat. Pada tahun 771 SM, setelah Raja You (周幽王) menggantikan ratunya dengan Selir Baosi, ibukota diserang oleh kekuatan gabungan dari ayah ratu, pangeran Shen yang bersekutu dengan suku-suku asing. Kemudian, putra sang ratu, Ji Yijiu (姬宜臼) dinaikkan menduduki tahta sebagai raja baru oleh para bangsawan dari negara Zheng, Lü, Qin dan pangeran Shen. Ibukota negara kemudian terpaksa dipindahkan ke sebelah timur di tahun 722 SM, tepatnya ke Luoyang di propinsi Henan sekarang.

Oleh karena pemindahan ibukota ini, para sejarahwan kemudian membagi Dinasti Zhou menjadi Dinasti Zhou Barat (西周) dari akhir abad ke-10 SM sampai dengan tahun 771 SM, serta Dinasti Zhou Timur (東周) dari tahun 770 SM sampai dengan tahun 221 SM. Tahun permulaan Zhou Barat tetap masih dalam perdebatan, antara – tahun 1122 SM, tahun 1027 SM atau tahun lain dalam ratusan tahun dari akhir abad ke-12 SM. Pada umumnya, sejarawan Cina menetapkan tahun 841 SM sebagai tahun awal mula dari tahun pemerintahan Dinasti Zhou dalam sejarah Cina.

Dan berdasarkan sejarahwan Cina terkenal, Sima Qian di dalam karya tulisnya Catatan Sejarah Agung, Zhou Timur dibagi lagi dalam dua zaman yaitu Zaman Musim Semi dan Gugur dan Zaman Negara-negara Berperang.

Dinasti Han
Dinasti Han (Hanzi: 漢朝, hanyu pinyin: Han Chao) (206 SM - 220) adalah satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh di Cina sepanjang sejarahnya. Dinasti ini adalah yang meletakkan dasar-dasar nasionalitas Cina mewarisi penyatuan Cina dari dinasti sebelumnya, Dinasti Qin. Dinasti Han sendiri didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memenangkan perang saudara dengan saingannya, Xiang Yu. Dinasti Han merupakan salah satu dinasti terkuat di Cina, dan karena pengaruhnya yang besar, etnis-etnis mayoritas di Cina sekarang ini menyebut mereka orang Han (biarpun mungkin nenek moyang mereka bukan dari etnis Han).

Daftar Pustaka;
T’ung-tsu Ch’ii, Han Social Structure. Seattle:University of Washington Press, 1967.
Artikel : State anad Society
“Sejarah Permulaan Cina”, http:/www.Asiamaya.com/ (dl:2 Maret 2008), 1hlm
“China Zaman Silam”, http:/media.cla.auburn.edu/history/gs/descriptions/ 7400.htm. (dl: 2 Maret 2008). 1 hlm




Jumat, 13 April 2012

Sastra Melayu Klasik

                                                      Sastra Melayu Klasik
Pengertian Sastra Melayu Klasik Sastra melayu lama adalah sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapan.
Sastra melayu lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra melayu lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan seorang muslim di minye tujuh, aceh.

Sastra melayu lama adalah termasuk bagian dari karya sastra indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat sumatera seperti "langkat, tapanuli, minangkabau dan daerah sumatera lainnya", orang tionghoa dan masyarakat indo-eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
Yang dimaksud dengan sastra melayu klasik adalah sastra yang hidup dan berkembang di daerah melayu pada masa sebelum dan sesudah islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa balai pustaka.. Masa sesudah Islam merupakan zaman dimana sastra Melayu berkembang begitu pesat karena pada masa itu banyak tokoh Islam yang mengembangkan sastra Melayu.

Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa.[3] Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.

1. Kesusastraan Rakyat / kesusastraan Asli (Masa Purba)
Kesusastraan rakyat/ Kesusastraan melayu asli, hidup ditengah-tengah masyarakat. Cerita itu diturunkan dari orang tua kapada anaknya, dari nenek moyang kepada cucunya, dari pencerita kepada pendengar. Penceritaan ini dikenal sebagai sastra lisan (oral literature).
Kesusastraan yang tumbuh tidak terlepas dari kebudayaan yang ada pada waktu itu. Pada masa Purba (sebelum kedatangan agama Hindu, Budha dan Islam) kepercayan yang dianut masyarakat adalah animisme dan dinamisme. Karena itu, cerita mereka berhubungan dengan kepercayaan kepada roh-roh halus dan kekuatan gaib yang dimilikinya. Misalnya :
- Cerita asal-usul
- Cerita binatang
- Cerita Jenaka
- Cerita Pelipur lara.

2) ciri-ciri sastra melayu lama yaitu :
· Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
· Istana sentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)
· Tema karangan bersifat fantastis
· Karangan berbentuk tradisional
· Proses perkembangannya statis.

3) Penggolongan sastra melayu klasik
Sastra Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu tertentu karena hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu. Semua karya berupa milik bersama. Karena itu, penggolongan biasanya berdasarkan atas : bentuk, isi, dan pengaruh asing.

Kamis, 12 April 2012

faizal iqbal cynk cmuanya


adakah sepoi angin sampaikan kabarku hari ini?
ratapi hari yang tak jua pergi
sibuk mengutuk masa yang tak lekas berganti
pangeranku hanya angan
khayalan belaka
sanggupkah engkau menghadirkannya untukku,,,?
***
jangan pernah tanya angin
karena musim ini ia terlalu dingin
ia tak pernah sudi berhenti
tuk sekedar berbagi hati
***
jangan kecewa
ia memang tak punya rasa
tunggulah sejenak
ia kan pergi
karena musim kan mengganti hari
***
angin memang terlalu kencang
dingin tak mau bersahabat
tapi gemuruh di hati tak mau hengkang
membuat hati terasa kian pekat
kan kemana kucari hasrat,,,
***
usah kau risaukan
ia hanya sekejap menyapa
sekejap kemudian lalu menghilang
bukankan setelah semua kegalauan
datanglah sebuah ketenangan
karena ia bosan dengan galau
dan bulanpun kembali tersenyum....
***
dari sekian hari yang terlewati
dari sekian hati yang menyakiti
aku berusaha untuk selalu tersenyum
bahkan tertawa
namun sayang semua sia-sia
aku tetap terluka
hingga bulan itu tak lagi indah
***
dahulu kasih itu ada
dahulu cinta itu nyata
kini hilang tiada sisa
entah berada dimana, jauh terasa
***
tapi... hai lihat sobat!!!
mentari hangat menjumpaimu
hendak ucapkan kata
bahwa Harap selalu ada
***
kadang cinta tak tersentuh logika
namun semua itu nyata
ketika mentari enggan bersua
kita tak bisa apa-apa
sampai bungapun tak mau membagi harumnya
memang tak ada tempat untuk resah
tapi ahh...sudahlah...

sejarah bahasa indonesia

                                                      sejarah bahasa indonesia                                                                       
    Berbicara tentang sejarah tentu yang pertama terpikir adalah asal-usul atau asal mula sesuatu. Jika berkaitan dengan bahasa yang terpeikir adalah dari mana asal dan bagaimana perkembangan bahasa itu sesungguhnya. Untuk bahasa Indonesia, para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia diambil dari bahasa melayu. Artinya bahasa melayu merupakan bahasa nyang menjadi dasar bahasa Indonesia sekarang ini. bahasa Indonesia sekarang ini telah megalami perubahan yang cukup signifikan jika diperbandingkan dengan bahasa melayu pada masa itu. Hal ini karena memang adanya perkembangan bahasa setelah pemakaian dalam jangka waktu lama.

Istilah Melayu sendiri memiliki beberpa versi dalam sejarah. Menurut beberapa ahli Melayu didefinisikan sebagai berikut:
1. Nama melayu mungkin berasal dari kata Melayu Na Idu, yaitu nama sebuah kerajaan di Semenanjung (Vogel)
2. Kata melayu diambil dari ucapan Wong Melayu (bahasa jawa = orang berlari) yaitu kata bahasa Jawa yang diucapkan oleh bala tentara jawa ketika menyerang Sriwijaya takala melihat orang Sriwijaya habis berlarian (Van der Tuuk).
3. Kern berpendapat nama melayu mungkin berasal dari malay pura, yaitu suatu daerah di semenanjung Malaka yang bermakna kota di atas angin.
4. Krom berpendapat bahwa nama melayu (Mo-lo-yeu) adalah nama sebuah kerajaan pada abad ke-7 yang lokasinya di Jambi sekarang, dll.

Beradasarkan beberapa pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa bahasa Indonesia yang dulunya bahasa melayu merupakan bahasa nyang berasal dari daerah di wilayah Indonesia sendiri yaitu di wilayah pulau Sumatra yang sudah digunakan sejak berabad-abad dulu.
Bahasa melayu sebagai bahasa asal bahasa Indonesia sendiri sesungguhnya mungkin juga merupakan hasil perkembangan dari bahasa lain atau bahasa yang mendapat pengaruh dari bahasa lain. Hal itu terlihat dari beberapa tulisan dalam prasasti seperti (1) prasasti Kedukan Bukit (Palembang tahun 605 caka/683 M), (2) Talang Tuo (Palembang berangka tahun 606 Caka), (3) Prasasti Kota Kapur (Bangka berangka tahun 608 Caka), dan (4) Prasasti Karang Berahi di Jambi yang berangka tahun 614 Caka). Dalam prasasti-prasasti itu tulisan bertuliskan bahasa melayu yang banyak mengandung kata-kata sansekerta.

Setelah mengetahui asal mula bahasa Indonesia yaitu berasal dari bahasa Melayu, sekarang yang jadi pertanyaan adalah mengapa bahasa Melayu yang diambil sebagai bahasa dasar dari bahasa Indonesia? Padahal sudah sejak Zaman dahulu wilayah Indonesia terdiri atas banyak sekali suku bangsa yang memiliki bahasa sendiri-sendiri pula. Selain itu bahasa suku Jawa yang merupakan penutur terbanyak di wilayah Indonesia kenapa tidak dijadikan pilihan sebagai bahasa dasar dari bahasa Indonesia?
Untuk menjawab beberapa ada beberapa alas an yang perlu kita ketahui yaitu:
1. Bahasa melayu sudah merupakan bahasa perhubungan antarpulau (linguafranca)
2. System bahasa melayu sangat sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak mengenal tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa yang mengenal bahasa jawa ngoko dan karma atau dalam sunda adanya bahasa sunda kasar dan lemes.
3. Bahasa melayu memiliki kesanggupan dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam arti luas
4. Suku bangsa jawa, sunda dan suku lain dapat menerima

Berbicara tentang sejarah bahasa Indonesia tentunya kita tidak akan lepas dari peristiwa 28 oktober 1988 yaitu sumpah pemuda. Pada tanggal tersebut diikrarkan sebuah kebulatan tekad hasil Konggres Pemuda yang salah satu diantara 3 ikrar tersebut menyebutkan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Keajadian tersebut dianggap sebagai peresmian bahasa Melayu yang telah dipakai sejak abad 7 menjadi Bahasa Indonesia.