Hubungan
Keterampilan Menyimak dengan Keterampilan Berbahasa Lainnya
2.1.3 Hubungan Keterampilan
Menyimak dengan Keterampilan Berbahasa Lainnya
1. Hubungan Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Berbicara
Keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara merupakan bentuk komunikasi dua arah. Bentuk komunikasi dua arah itulah yang antara lain dapat melandasi pikiran untuk menguraikan hubungan keduanya lebih lanjut, Brooks dalam Tarigan (1994 : 3) menjelaskan bahwa menyimak dan berbicara merupakan kegiatan dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication.
Tarigan (1994 : 3) mengemukakan bahwa bunyi suara merupakan suatu factor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu, maka sang anak akan tertolong kalau mendengarkan serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dan benar dari para guru-guru, rekaman-rekaman yang bemutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain.
Dari dua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan menyimak dan berbicara mempunyai hubungan yang banyak erat. Sebabseorang pembicara pasti memerlukan orang yang akan mendengarkan pembicaranya (penyimak).
2. Hubungan Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Membaca
Keterampilan menyimak dan keterampilan membaca sering kali diperoleh secara bersama-sama dan tunjang menunjang sehingga dapat dikatakan bahwa keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Keeratan ini diperjelas dengan pendapat, ”Untuk meningkatkan hasil yang hendak dicapai dalam membaca, maka seyogyanyalah setiap keterampilan menyimak diikuti oleh kegiatan membaca yang sesuai dengan tujuan menyimak tersebut. Dengan kata lain listening gaols harus diikuti oleh reading activity” (Tarigan 1994 : 7).
Keterampilan menyimak juga merupakan factor penting keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Penelitian para pakar atau ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan antara menyimak dengan membaca sebagai berikut:
a. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak dengan pemahaman ternyata penting sekali.
1. Hubungan Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Berbicara
Keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara merupakan bentuk komunikasi dua arah. Bentuk komunikasi dua arah itulah yang antara lain dapat melandasi pikiran untuk menguraikan hubungan keduanya lebih lanjut, Brooks dalam Tarigan (1994 : 3) menjelaskan bahwa menyimak dan berbicara merupakan kegiatan dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication.
Tarigan (1994 : 3) mengemukakan bahwa bunyi suara merupakan suatu factor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu, maka sang anak akan tertolong kalau mendengarkan serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dan benar dari para guru-guru, rekaman-rekaman yang bemutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain.
Dari dua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan menyimak dan berbicara mempunyai hubungan yang banyak erat. Sebabseorang pembicara pasti memerlukan orang yang akan mendengarkan pembicaranya (penyimak).
2. Hubungan Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Membaca
Keterampilan menyimak dan keterampilan membaca sering kali diperoleh secara bersama-sama dan tunjang menunjang sehingga dapat dikatakan bahwa keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Keeratan ini diperjelas dengan pendapat, ”Untuk meningkatkan hasil yang hendak dicapai dalam membaca, maka seyogyanyalah setiap keterampilan menyimak diikuti oleh kegiatan membaca yang sesuai dengan tujuan menyimak tersebut. Dengan kata lain listening gaols harus diikuti oleh reading activity” (Tarigan 1994 : 7).
Keterampilan menyimak juga merupakan factor penting keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Penelitian para pakar atau ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan antara menyimak dengan membaca sebagai berikut:
a. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak dengan pemahaman ternyata penting sekali.
b. Kosa kata simak (listening
vocabulary) yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran
dengan membaca secara baik.
c. Pembeda-pembeda atau diskriminasi pendengaran yang jelek seringkali dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu factor pendukung atau suatu factor tambahan dalam ketidakmampuan membaca (poor reading).
d. Menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ide pokok atau gagasan utama yang diajukan oleh sang pembicara; bagi para siswa yang lebih tinggi kelasnya ternyata bahwa membaca lebih unggul daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan memahami informasi yang terperinci (Tarigan 1994 : 4).
Hubungan keterampilan menyimak dengan keterampilan membaca merupakan komunikasi dua arah. Achsin (1983 : 11) menjelaskan bahwa:
Menyimak itu bukanlah keterampilan pasif, sebab selama seseorang menangkap ujaran baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan, maka mental orang tersebut terlibat secara aktif mungkinkah lebih baik dikatakan keterampilan menyimak itu disebut keterampilan reseptif karena selama berlangsungnya kegiatan, orang selalu aktif menerima, menangkap, memahami, dan mengingat ujaran yang disampaikan.
Tarigan (1986 : 8) sendiri mengemukakan bahwa membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengkobinasikan makna yang terkandung atau tersirat dalam lambing-lambang tertulis.
c. Pembeda-pembeda atau diskriminasi pendengaran yang jelek seringkali dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu factor pendukung atau suatu factor tambahan dalam ketidakmampuan membaca (poor reading).
d. Menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ide pokok atau gagasan utama yang diajukan oleh sang pembicara; bagi para siswa yang lebih tinggi kelasnya ternyata bahwa membaca lebih unggul daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan memahami informasi yang terperinci (Tarigan 1994 : 4).
Hubungan keterampilan menyimak dengan keterampilan membaca merupakan komunikasi dua arah. Achsin (1983 : 11) menjelaskan bahwa:
Menyimak itu bukanlah keterampilan pasif, sebab selama seseorang menangkap ujaran baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan, maka mental orang tersebut terlibat secara aktif mungkinkah lebih baik dikatakan keterampilan menyimak itu disebut keterampilan reseptif karena selama berlangsungnya kegiatan, orang selalu aktif menerima, menangkap, memahami, dan mengingat ujaran yang disampaikan.
Tarigan (1986 : 8) sendiri mengemukakan bahwa membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengkobinasikan makna yang terkandung atau tersirat dalam lambing-lambang tertulis.
Dari kedua pendapat
tersebut menimbulkan kesan bahwa menyimak dan menbaca merupakan dua bentuk
komunikasi.Bentuk komunikasi dan keterampilan tersebut menyisyaratkan bahwa
menyimak dan membaca mempunyai hubungan yang erat.Sebab, menyimak adalah
menerima, menangkap, dan mengingat ujaran yang dsisampaikan oleh pembaca dan
tentu makna bacaan memerlukan kegiatan lebih lanjut untuk disimak.
3. Hubungan Keterampilan
Menyimak dan Keterampilan Menulis
Sewaktu menulis, seseorang butuh inspirasi, ide, atau informasi untuk tulisannya. Hal ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, sumber tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal atau laporan. Sedangkan dari sumber tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato, wawancara, diskusi dan obrolan.Jika dari sumber tercetak informasi itu diperoleh dengan membaca, maka dari sumber tak tercetak diperoleh informasi itu dengan menyimak.
Sewaktu menulis, seseorang butuh inspirasi, ide, atau informasi untuk tulisannya. Hal ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, sumber tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal atau laporan. Sedangkan dari sumber tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato, wawancara, diskusi dan obrolan.Jika dari sumber tercetak informasi itu diperoleh dengan membaca, maka dari sumber tak tercetak diperoleh informasi itu dengan menyimak.
Di dalam perkuliahan,
seorang mahasiswa membuat saat dia menyimak penjelasan dosen.Demikian halnya
seorang penulis, dia harus pandai-pandai menyimak suatu informasi yang baru
sebagai bahan tulisannya.Melalui menyimak suatu informasi yang baru sebagai
bahan tulisannya. Melalui menyimak ini penulis tidak hanya memperoleh idea tau
informasi untuk tulisannya, tetapi juga menginspirasi tata saji dan struktur
penyampaian lisan yang menarik hatinya, yang akan berguna untuk aktifitas
menulisnya (Suparno, 2004 : 1.7).
Pengertian keterampilan menyimak dan berbicara
Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan
simakan.Karena itu dapatlah kita simpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah
menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam
bahan simakan.
Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi
melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi.Misalnya mendengarkan
radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan
dengan teman sekerja, sekelas dan sebagainya.
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup
kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterprestasi,
menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.”Menyimak
melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertia.Bahkan
situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam
menentukan maknanya.
Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai
pengucapan fonem, kosa kata, dan kalimat.Pemahaman terhadap fonem, kata dan
kalimat ini sangat membantu yang bersangkutan dalam kegiatan berbicara,
membaca, ataupun menulis.
Penyimak yang baik apabila individu mampu
menggunakan waktu ekstra untuk mengaktifkan pikiran pada saat menyimak.Ketika
para siswa menyimak, perhatiannya tertuju pada objek bahan simakan. Pada saat
itulah akan didapatkan proses menyimak yang efektif, menyimak yang lemah, dan
menyimak yang kuat, sebagaimana dikemukakan oleh Campbell, dkk (2006:16) pada
tabel berikut ini.
Tabel : Menyimak yang Efektif
Menyimak yang
Efektif
|
Menyimak yang
Lemah
|
Menyimak yang
Kuat
|
|
1.
|
Temukan
beberapa area minat
|
Menghilangkan
pelajaran yang “kering”
|
Menggunakan
peluang dengan bertanya “Apa isinya untuk saya?”
|
2.
|
Nilailah
isinya, bukan penyampaiannya
|
Menghilangkannya
jika penyampaiannya jelek
|
Menilai isi,
melewati kesalahan-kesalahan penyampaian
|
3.
|
Tahanlah
semangat Anda
|
Cenderung
berargumen
|
Menyembunyikan
penilaian sampai paham
|
4.
|
Dengarkan
ide-ide
|
Menyimak
kenyataan
|
Menyimak tema
inti
|
5.
|
Bersikap
fleksibel
|
Membuat
catatan intensif dengan memakai hanya satu sistem
|
Membuat catatan
lebih banyak. Memakai 4-5 sistem berbeda tergantung pembicara
|
6.
|
Bekerjalah
saat menyimak
|
Pura-pura
menyimak
|
Bekerja
keras, menunjukkan keadaan tubuh yang aktif
|
7.
|
Menahan
gangguan
|
Mudah tergoda
|
Berjuang/menghindari
gangguan, toleransi pada kegiatan-kegiatan jelek, tahu cara berkonsentrasi
|
8.
|
Latihlah
pikiran anda
|
Menahan bahan
yang sulit, mencari bahan yang sederhana
|
Menggunakan
bahan yang padat untuk melatih pikiran
|
9.
|
Bukalah
pikiran anda
|
Setuju dengan
informasi jika mendukung ide-ide yang terbentuk sebelumnya
|
Mempertimbangkan
sudut pandang yang berbeda sebelum membentuk pendapat.
|
10.
|
Tulislah
dengan huruf besar tentang fakta karena berpikir lebih cepat daripada
berbicara
|
Cenderung
melamun bersama dengan pembicara yang lemah
|
Menantang,
mengantisipasi, merangkum, menimbang bukti, mendengar apa yang tersirat.
|
Berbicara yaitu keterampilan menyampaikan pesan
melalui bahasa lisan.Keterampilan berbicara menunjang keterampilan menyimak,
membaca dan menulis.Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi- bunyi
artikulasi atau kata- kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita
katakan bahwa berbicara merupakan suatu system tanda- tanda yang dapat di dengar
(audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan manusia demi maksud dan tujuan gagasan- gagasan atau ide- ide yang
dikombinasikan.
Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu
bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor- faktor fisik, psikologis,
neurologis, semantik, dan linguistik
sedemikian ekstensif, secara luas sehingga
dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
2.2 Hubungan antara menyimak dengan berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan
komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face
to face communication. Antara menyimak dan berbicara terdapat hubungan
yang erat dari hal-hal berikut:
a) Ujaran(speech)biasanya dipelajari melalui
menyimak dan meniru(imitasi)
b) Kata-kata yang akan dipakai atau dipelajari
oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang(stimuli) yang ditemuinya.
c) Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian
bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempat hidupnya
d) Anak yang masih kecil masih dapat memahami
kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang
dapat diucapkannya
e) Meningkatkan keterampilan menyimak berarti
pula membantu meningkatkan berbicara seseorang
f) Bunyi atau suara seseorang merupakan suatu
factor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak.
g) Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga
akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak.
Umumnya sang anak mempergunakan/meniru bahasa yang didengarnya.
Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan
berbicara dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa lisan.Dari segi
komunikasi, menyimak dan berbicara diklasifikasikan sebagai komunikasi lisan.
Melalui berbicara orang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada orang
lain. Melalui menyimak orang menerima informasi dari orang lain. Kegiatan
berbicara selalu diikuti kegiatan menyimak, atau kegiatan menyimak pasti ada di
dalam kegiatan berbicara. Dua-duanya fungsional bagi komunikasi, dua-duanya
tidak terpisahkan.
Ibarat mata uang, sisi muka ditempati kegiatan
berbicara, sedangkan sisi belakang ditempati kegiatan menyimak.Sebagai mana
mata uang tidak akan laku bila kedua sisinya tidak terisi, maka komunikasi
lisan pun taka akan berjalan bila kedua kegiatan tidak berlangsung saling
melengkapi.
2.3 Tujuan menyimak dan berbicara
·
Tujuan Menyimak
Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah
seperti pembagian berikut, yakni menyimak untuk tujuan:
1) Mendapatkan fakta
Mendapatkan fakta dapat melalui kegiatan
penelitian, riset atau eksperimen.Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi
melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi misalnya mendengarkan
radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan
dalam keluarga.
2) Menganalisis
fakta
Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu
dianalisis.Harus jelas kaitan antarunsur fakta. Proses analisis fakta ini harus
berlangsung secara konsisten dari saat ke saat selama proses menyimak berlangsung.
3) Mengevaluasi fakta
4) Mendapatkan
inspirasi
Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi,
pertemuan pertemuan ilmiah atau jamuan tertentu, bukan untuk mencari atau
mendapatkan fakta. Mereka menyimak pembicaraan pembicaraan orang lain semata-mata
untuk tujuan mencari ilham.
5) Menghibur diri
Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan
seperti bioskop, sandiwara, atau percakapan untuk tujuan menghibur diri.
6) Meningkatkan kemampuan bicara
Cara menyimak untuk tujuan meningkatkan kemampuan
berbicara biasanya dilakukan oleh mereka yang baru belajar menjadi orator dan
mereka menjadi profesional dalam membawa acara atau master ceremony.
·
Tujuan berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk meyakinkan
pendengarnya akan sesuatu. Melalui pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar
dapat diubah misalnya dari sikap menolak menjadi sikap menerima.Setiap orang
yang berbicara didepan umum mempunyai tujuan tertentu. Tujuan itu dapat
dibedakan atas lima golongan, yakni, sbb:
1. Menghibur
Berbicara menghibur biasanya bersuasana santai,
rileks dan kocak
2.
Menginformasikan
Berbicara menginformasikan bersuasana serius,
tertib, dan hening
3.
Menstimulasikan
Berbicara menstimulasi juga bersuasana serius,
kadang-kadang terasa kaku.
4. Meyakinkan
Berrbicara meyakinkan, sesuai namanya,
bertujuan meyakinkan pendengarnya.
5. Menggerakkan
Berbicara mendengarkan pun menuntut keseriusan
baik dari segi pembicara maupundari segi pendengarnya.
2.4 Manfaat belajar keterampilan menyimak dan
berbicara
Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh
dalam menjaring informasi. Karena itu dapat disimpulkan bahwa menyimak berperan
sebagai:
1) Landasan
belajar bahasa
2) Penunjang
keterampilan berbicara, membaca, dan menulis
3) Pelancar komunikasi
lisan
4) Penambah
informasi
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan
pesan melalui bahasa lisan.Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa salah satu
manfaat berbicara adalah agar kita dapat terampil dalam berkomunikasi secara
lisan.
Empat keterampilan berbahasa baik lisan
(menyimak dan berbicara) maupun tulis (membaca dan menulis) memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Satu keterampilan akan mendukung keterampilan
yang lainnya. Hubungan antarragam bahasa (ragam lisan atau ragam tulis) lebih
erat dibandingkan hubungan keterampilan antarsifat (reseptif atau
produktif).Contohnya menyimak dengan berbicara lebih erat dibandingkan hubungan
menyimak dan membaca atau menulis. Hubungan keterampilan pada ragam yang sama
dapat disebut hubungan langsung, sedangkan hubungan keterampilan pada sifat
yang berbeda hubungannya adalah tidak langsung.
Perhatikan tabel berikut ini.
Keterampilan Berbahasa
|
Sifat
|
|
Lisan
|
Tulis
|
|
Menyimak
|
Membaca
|
Reseptif
|
Berbicara
|
Menulis
|
Produktif
|
Saudara melalui tabel ini kita kaji hubungan
antarketerampilan berbahasa.Kita lihat hubungan ini dari segi ragam. Pada ragam
lisan, yaitu menyimak dan berbicara berada pada ruang yang sama. Dalam kegiatan
berbahasa lisan secara tatap muka, penyimak dan pembicara dapat bertukar atau
berganti peran.Penyimak bertukar peran menjadi pembicara dan sebaliknya,
pembicara menjadi penyimak. Pergantian peran ini biasanya terjadi pada kegiatan
tanya jawab, saling memberi masukan atau interaktif.
Pengetahuan yang diperoleh seseorang melalui
menyimak dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuannya berbicara. Dengan kata
lain, untuk dapat menjadi pembicara yang baik, orang harus memiliki
keterampilan menyimak yang baik.
Sebagaimana menyimak dan berbicara,
keterampilan membaca dan menulis juga dapat berganti peran. Ketika Anda
menerima surat, Anda membacanya. Anda menjadi pembaca. Ketika Anda menulis
surat balasan maka Anda menjadi penulis.
Pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui
membaca dapat digunakan untuk memperoleh atau meningkatkan keterampilan menulis.
Dengan kata lain, untuk dapat menjadi penulis yang baik, orang harus memiliki
keterampilan membaca yang baik.
Keterampilan berbahasa yang memiliki sifat sama
pasti memiliki hubungan yang erat. Keterampilan menyimak dan membaca keduanya
bersifat reseptif. Pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui kegiatan
menyimak akan menjadi skemata yang akan membantunya ketika memahami isi bacaan,
demikian pula sebaliknya; pengetahuan yang diperoleh dari bacaan atau hasil
membaca akan menjadi skemata yang akan membantu dalam memahami isi simakan.
Artinya, kedua keterampilan berbahasa reseptif ini selalu saling
mendukung.Dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang terampil membaca juga
terampil menyimak atau sebaliknya.
Antarketerampilan berbahasa produktif juga memiliki
hubungan yang erat.Seorang penyaji seminar selain pintar berbicara ketika
mempresentasikan makalahnya juga pandai menulis bahan seminar.
Empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak,
berbicara, membaca, menulis memiliki hubungan yang sangat erat meskipun masing
– masing memiliki ciri tertentu. Karena ada hubungan yang sangat erat ini,
pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan
yang lain. Misalnya pembelajaran membaca, di samping meningkatkan
keterampilan membaca dapat juga meningkatkan keterampilan menulis. Contoh lain
belajar menemukan ide – ide pokok dalam menyimak juga meningkatkan kemampuan
menemukan ide – ide pokok dalam membaca, karena kegiatan berpikir baik dalam
memahami bahasa lisan maupun bahasa tertulis pada dasarnya sama
Dalam proses komunikasi, semua aspek
keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tertulis penting. Pengalaman
merupakan dasar bagi semua makna yang disampaikan dan yang dipahami dalam
bahasa tertentu. Anak yang memiliki pengalaman berbahasa yang cukup luas akan
dapat mengungkapkan maksudnya dan memahami maksud orang lain dengan mudah.
Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis semua bergantung pada kekayaan kosa kata yang diperlukan untuk
berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang.Selain itu kemampuan berbahasa juga
memerlukan kemampuan menggunakan kaidah bahasa.
1. Hubungan
antara Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan
yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Tidak ada yang perlu
dikatakan jika tidak ada seorang pun yang mendengarkan, dan meskipun mungkin
kita dapat menyimak nyanyian atau doa, komunikasi yang diucapkan merupakan hal
utama yang perlu disimak. Menyimak dan berbicara, merupakan keterampilan
berbahasa lisan.Keduanya membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbol –
simbol lisan.
Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam
percakapan dipelajari lewat menyimak dan menirukan pembicaraan.Anak – anak
tidak hanya menirukan pembicaraan yang mereka pahami, tetapi juga mencoba
menirukan hal – hal yang tidak mereka pahami.Kenyataan ini mengharuskan orang
tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak – anak tidak
menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar (Ross dan Roe, 1990: 11).
2. Hubungan
antara Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca merupakan keterampilan
reseptif. Keduanya memungkinkan seseorang menerima informasi dari orang lain.
Baik dalam menyimak maupun dalam membaca dibutuhkan penyandian simbol – simbol
; menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat tertulis.
Penyandian kembali simbol – simbol lisan
(menyimak) hanya melibatkan satu tingkat pemindahan, yaitu dari bunyi ke
pengalaman yang menjadi sumbernya. Misalnya ketika seorang anak menyimak
kalimat “Nanti Ibu belikan bola”, anak mengubungkan dengan alat permainan yang
digunakan untuk bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti kata bola yang
disimaknya. Penyandian kembali simbol – simbol tertulis (membaca) melibatkan
dua tingkat pemindahan, yaitu dari simbol tertulis ke simbol lisan, selanjutnya
ke pengalaman yang menjadi sumbernya.Ketika membaca bola, anak
mengucapkan atau mengucapkan dalam hati kata tersebut.Selain itu menghungkannya
dengan benda yang digunakan untuk bermain sepak bola. Oleh karena itu
keterampilan menyimak bagus untuk mengembangkan kesiapan membaca, karena
menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan membaca, kecuali pada
tingkat penyandiannya.
Mengajar anak – anak menangkap ide – ide pokok,
detail, urutan, hubungan sebab akibat, mengevaluasi secara kritis, dan menangkap
elemen – elemen lain dari pesan – pesan secara lisan dapat mempengaruhi
kemampuan anak – anak membaca guna menangkap elemen – elemen yang sama seperti
ketika mereka menyimak. Penambahan sebuah kata dalam kosa kata yang disimak
anak – anak meningkatkan kemungkinan mereka dapat menafsirkan arti kata
tersebut jika mereka membacanya (Ross dan Roe, 1990: 12).Contoh, seorang anak
yang dapat memahami kata “bermain” ketika menyimak cerita gurunya, juga dapat
memahami ketika menjumpai kata tersebut dalam bacaan.
3. Hubungan
antara Berbicara dan Menulis
Berbicara dan menulis merupakan keterampilan
ekspresif atau produktif.Keduanya digunakan untuk menyampaikan informasi.Dalam
berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol – simbol, simbol
lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam menulis.
Baik dalam kegiatan berbicara maupun menulis
pengorganisasian pikiran sangat penting. Pengorganisasian pikiran ini lebih
mudah dalam menulis, karena informasi dapat disusun kembali secara mudah setelah
ditulis sebelum disampaikan kepaa orang lain untuk dibaca.Sebaliknya setelah
suatu pesan yang tidak teratur dikatakan kepada orang lain, meskipun telah
dibetulkan oleh pembicara, kesan yang tidak baik sering kali masih tetap ada
dalam diri pendengar. Itulah sebabnya banyak pembicara yang merencanakan apa
yang akan dikatakan dalam bentuk tertulis dahulu sebelum disajikan secara
lisan.
Namun, kegiatan berbicara dapat juga merupakan
kegiatan untuk mencapai kesiapan menulis.Bahasa lisan dipelajari lebih dahulu
oleh anak – anak dan pada umumnya mereka tidak mengutarakan secara tertulis hal
– hal yang tidak mereka kuasai secara lisan.
4. Hubungan
antara Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang
saling melengkapi.Tidak ada yang perlu ditulis kalau tidak ada yang membacanya,
dan tidak ada yang dapat dibaca kalau belum ada yang ditulis.Keduanya merupakan
keterampilan bahasa yang tertulis, dan menggunakan simbol – simbol yang dapat
dilihat yang mewakili kata – kata yang diucapkan serta pengalaman dibalik kata
– kata tersebut.Dalam menulis, orang lebih suka menggunakan kata – kata yang
dikenal dan yang dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahasa bacaan yang
telah dibacanya.Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh seseorang
yang tidak pernah muncul dalam tulisan (karangan).Hal itu terjadi karena untuk
menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam
dalam hal penerapan kata tersebut daripada sekedar memahami ketika membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar