HUBUNGAN KETERAMPILAN MENYIMAK DENGAN KETERAMPILAN
BERBAHASA
Keterampilan berbahasa (language
arts, language skills) dalam hal ini dibagi menjadi empat segi yaitu:
·
Keterampilan menyimak (listening skills)
·
Keterampilan berbicara (speaking skiils)
·
Keterampilan membaca (reading skills)
·
Keterampilan menulis (writing skills)
Setiap keterampilan itu erat
sekali berhubungan dengan ketiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka
ragam. Dalam keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan
urutan yang terakhir mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa,
kemudian berbicara, sesudah itu kita membaca dan menulis. Dari keempat
keterampilan tersebut diatas pada dasarnya merupakan satu kesatuan dan catur
tunggal.
Setiap keterampilan itu erat pula
berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa
seseorang mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa,
semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat
diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih
keterampilan berbahasa berarti melatih keterampilan berpikir.
Untuk mendapat keterampilan yang
lebih jelas, maka berikut ini akan dibahas sepintas kilas hubungan antara
keempat keterampilan itu.
1. Menyimak
dan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan
kegiatan komunikasi dua arah yang langsung merupakan komunikasi tatap muka atau
face to face cominication. (Brooks, 1964:134).
Antara berbicara dan menyimak
terdapat hubungan yang erat ternyata dari hal-hal berikut ini:
1. Ujaran (speech) biasanya
dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi), oleh karena itu model atau
contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam
penguasaan serta kecakapan berbicara.
2. Kata-kata yang akan dipakai
serta kita pelajari biasanya ditentukan oleh pengarang (stimuli) yang ditemui,
misalnya: kehidupan desa,kota dan kata-kata yang paling banyak memberi
bantuan atau pelayanan dalam penyampaian gagasan-gagasanya.
3.Meningkatkan keterampilan
menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
4. Bunyi suara merupakan suatu
faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata.
5. Berbicara dengan bantuan
alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penagkapan informasi yang
lebih baik pada pihak penyimak.
1. Menyimak
dan Membaca
Menyimak dan membaca mempunyai
persamaan, kedua-duanya bersifat reseprif, bersifat menerima. Bedanya menyimak
adalah menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima
informasi dari sumber tertulis. Dengan kata lain menyimak menerima informasi
dari perkataan berbicara, sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan
menulis.
Keterampilan menyimak juga
merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang dalam belajar membaca
secara efektif. Penelitian para pakar atau para ahli telah memperlihatkan
beberapa hubungan antara membaca dengan menyimak sebagai berikut:
a. Pengajaran serta
petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan oleh sang guru melalui bahasa
lisan, dan kemampuan sang siswa untuk menyimak dengan pemahaman.
b. Menyimak merupakan cara
atau mode utama bagi pelajaran lisan (varbilized learning)
c. Para siswa
membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur
lagi agar hasil pengajaran itu baik.
d. Kosa kata simak
(listening vocabulary) yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan
kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.
e. Pembeda-bedaan atau
diskriminasi pendengaran yang jelek sering kali dihubungkan dengan membaca yang
tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan
dalam ketidakmampuan membaca (poor reading)
Selagi keterampilan-keterampilan
menyimak dan membaca erat berhubungan, maka peningkatan pada yang satu huruf
pula menimbulkan peningkatan pada yang lain, kedua-keduanya merupakan proses
yang saling mengisi.
Selanjutnya seorang pakar lain
mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
*.Baik membaca maupun menyimak
menuntut dari para siswa pemilikan suatu kesiapan kecakapan. Hal ini mencakup
kedewasaan mental, kosa kata kemampuan mengikuti urutan ide-ide, dan minat
terhadap bahasa
*.Baik dalam membaca maupun
menyimak biasanya kata bukanlah merupakan kesatuan pemahaman terhadap
frase,kalimat,dan paragraph.
* Membaca maupun menyimak dapat
berlangsung dalam situasi-situasi individual atau social.
* Untuk meningkatkan hasil yang
hendak dicapai dalam membaca, maka seyogianyalah setiap keterampilan menyimak
diikuti oleh kegiatan membaca yang sesuai dengan tujuan menyimak tersebut.
Adapun hubungan antara tujuan
menyimak dan kegiatan membaca yaitu:
Tujuan Menyimak
|
Kegiatan Membaca
|
Untuk membedakan dan
menemukan
Unsure-unsur
fonetik dan struktur kata lisan.
|
Mempergunakan
cuplikan-cuplikan yang mengandung kata-kata yang bersajak.
|
Untuk menemukan dan
memperkenalkan bunyi-bunyi, kata-kata, atau ide-ide baru kepada penyimak.
|
Membaca nyaring,
langsung atau buatan,dalam hal ini rekaman dapat digunakan.
|
Menyimak serta
terperinci agar dapat mengiterprestasikan ide pokok dan menanggapinya
secara tepat.
|
Sesudah menyimak,
menunjukkan ide-ide beserta detail-detai yang terpancar darinya.
|
.
1. Berbicara dan Membaca
Beberapa proyek penelitian telah
memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara perkembangan kecakapan lisan
dengan kesiapan membaca. Telaah-telaah tersebut memperlihatkan bahwa
kemampuan-kemampuan umum berbahasa lisan turut memperlengkapi suatu latar
belakang pengalaman yang menguntungkan serta ketentraman bagi pengajar membaca.
Kemampuan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancer. Kosa kata yang luas
dan beraneka ragam. Penggunaan-penggunaan kalimat lengkap dan sempurna
bila diperlukan, pembedaan pandangan yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta
menelusuri perkembangan urutan suatu cerita atau menghubungkan aneka kejadian
dalam urutan yang wajar.
Aneka hubungan antara bidang
kegiatan lisan dan membaca telah dapat kita ketahui dalam beberapa telaah
penelitian antara lain:
·
Penformansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan
kecakapan berbahasa lisan.
·
Polo-pola ujaran orang yang tuna aksara atau buta huruf mungkin
sekali mengganggu pelajaran membaca bagi siswa-siswi.
·
Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara
langsung, andaikata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka
hendaklah guru mendiskusikannya dengan siswa agar mereka memahami maknanya
sebelum mereka mulai membacanya.
D .Ekpresi Lisan dan Ekspresi
Tulisan
Adalah wajar bila komunikasi
lisan dan komunikasi tulisan erat sekali berhubungan karena keduanya mempunyai
banyak kesejajaran bahkan kesamaan, yaitu:
v Seorang siswa belajar
berbicara jauh sebelumnya dia dapat menulis, dan kosa kata, pola-pola kalimat,
serta organisasi ideide yang memberi ciri-ciri kepada ujarannya merupakan dasar
bagi ekspresi tulis berikutnya.
v Aneka perbedaan pun
terdapat antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi lisan cenderung
kea rah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetep, tetapi
biasanya lebih kacau serta membingungkan dibandingkan ekspresi tulis.
Kebanyakan pidato atau pembicaraan bersifat informal, dan sering kali
kalimat-kalimat orang yang berpidato atau yang berbicara itu tidak ada
hubungannya satu sama lain.
v Membuat catatan serta
merakit bagan atau kerangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu
pembicaraan akan menolong kita untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para
pendengar. Biasanya bagan yang dipakai sebagai pedoman dalam berbicara sudahlah
cukup memadai kecuali dalam kasus laporan formal dan terperinci yang memerlukan
penulisamn naskah yang lengkap sebelumnya.
Agar kita mendapat gambaran yang
jelas mengenai keempat jenis keterampilan berbahasa tersebut serta hubungannya
satu sama lain, marilah kita perhatikan dibawah ini;
Langsung
|
Langsung
|
||
Apresiatif
|
Komunikasi
|
Berbicara produktif
|
|
Reseptif
|
Menyimak
|
Tatap muka
|
Ekspretif
|
Fungsional
|
|||
Keterampilan
Berbahasa
|
|||
Tak langsung produktif
ekspresif
|
Menulis
|
Komunikasi tidak tatap muka
|
Tak langsung
Membaca, afresiatif, reseptif
Fungsional
|
KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA
DAN HUBUNGAN EMPAT ASPEK DI DALAMNYA
A. KETERAMPILAN BERBAHASA
Keterampilan berbahasa indonesia
mencakup : keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan
membaca. Keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari sebagai alat komunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah, komunikasi
dua arah, dan multi
arah.
- Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim
pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi pesan
tersebut, seperti khotbah, dan berita TV dan radio.
- Komunikasi dua arah terjadi ketika seseorang mengirim
pesan (mengeluarkan ide, gagasan, pendapat) dan penerima pesan (pendengar)
menanggapi isi pesan.
- Komunikasi multi arah ketika pemberi pesan dan penerima
pesan yang jumlahnya lebih dari dua orang yang menanggapi. (Abd. Gafur, 1:2009)
Dalam kegiatan komunikasi,
pengirim pesan aktif mengirim pesan yang diformulasikan dalam lambang-lambang
berupa bunyi atau tulisan, proses ini disebut dengan encoding. Selanjutnya si
penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang tersebut menjadi menjadi
bermakna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh, proses ini disebut
decoding.
B. ASPEK-ASPEK KETERAMPILAN
BERBAHASA
Sehubungan dengan penggunaan
bahasa, terdapat empat keterampilan dasar yaitu : menyimak, berbicara, menulis,
dan membaca. Keempat keterampilan tersebut saling terkait antara yang satu
dengan yang lainnya.
1. Menyimak adalah suatu proses suatu proses
kegiatan mendengarkan lambing lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi serta interprestasi untuk memperoleh informasih, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan.
2. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan , ide dan perasaan.
3. Membaca yaitu suatu proses penyerapang
informasih dari sebuah karya tulis untuk mengetahui informasih yang ingin disampaikan
penulis.
4. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut
(Bryne, 1993)
Lebih lanjut Bryne menyatakan
bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol-simbol sehingga
berbentuk kata, dan kata-kata tersusun menjadi kalimat menurut peraturan
tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa
tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas
sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca.
a. Hubungan menyimak dan berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan
kegiatan komunikasi dua arah yang langsung. Menyimak bersifat reseftif,
sedangkan berbicara bersifat produktif. Misalnya komunikasi yang terjadi antar
teman, antar penjual dan pembeli, atau dalam sebuah forum diskusi. Dalam hal
ini A
berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B yang berbicara dan A yang
mendengarkan. Namun adapula dalam suatu konteks bahwa komunikasi itu terjadi
dalam situasi noninteraktif, yaitu suatu pihak saja yang berbicara dan pihak
lain hanya mendengarkan. Misalnya khotbah di masjid, dimana penceramah
menyampaikan ceramahnya, sedangkan yang lain hanya mendengarkan. Keterampilan
menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila
dilihat dari pross pemerolehan bahasa. Secara berturut- turut pemerolehan
keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Kegiatan menyimak di awali dengan mendengarkan dan pada
akhirnya memahami apa yang disimak. Untu memahami isi bahan simakan diperlukan
suatu proses berikut : mendengarkan, mengidentifikasi, menginterprestasi atau
menafsirkan, memahami, menilai, dan yang terakhir menanggapi apa yang disimak.
Dalam hal ini menyimak memiliki tujuan yang berbeda-beda yaitu untuk :
mendafatkan fakta, mengevaluasi fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri, dan
meningkatkan kemampuan berbicara.
Kegiatan menyimak didahului oleh
kegiatan berbicara. Kegiaatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan
berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi,
telponan, tanya jawab dll. Tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada
orang yang menyimak, tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang
berbicara.
b. Hubungan menyimak dan membaca
Menyimak dan membaca sama-sama
merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat resesif. Menyimak berkaitan
dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktifitas
berbahasa ragam tulis. Penyimak maupun pembaca melakukan aktivitas
pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara (menyimak),
maupun berupa tulisan (membaca) yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding
guna guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau informasih.
c. Hubungan menyimak dan menulis
Menulis dan menyimak merupakan
aktifitas berbahasa, dimana keterampilan menyimak bersifat reseptif, dan
menulis adalah bersifat produktif. Antara menyimak dan menulis memiliki
hubungan yang erat dari menyimak sutu ujaran atau informasih dapat menumbuhkan
kratifitas untuk menulis hasil simakan yang diperoleh. Dan dituangkan dalam
suatu karya tulis, baik itu cerpen, puisi , prosa, dll.
d. Hubungan membaca dan menulis
Membaca dan menulis merupakan
aktifitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang
bersifat produktif, sedangkan membaca adalah kegiatan yang bersifat reseptif.
Seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasih dalm bentuk
tulisan. Sebaliknya seorang pembaca mecoba memahami gagasan, perasaan, atau
informasih yang disajikan dalam bentuk tulisan.
e. Hubungan menulis dan berbicara
Berbicara dan menulis merupakan
kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan ragam
lisan, sedangkan menulis merupakan kegiatan berbhasa ragam tulis. Menulis pada
umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara
merupakan kegiatan bahasa yang bersifat langsung. Berbicara pada hakikatnya
merupakan suatu proses berkomunikasi yang dalam proses itu terjadi pemindahan
pesan dari suatu pihak (komunikator) ke pihak lain (komunikan). Pesan yang akan
disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol-simbol yang
dipahami oleh kedua belah pihak (Abd. Gafur, 6 :2009). Aspek-aspek yang dinilai
pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaan dan non kebahasaan.
Aspek kebahasaan terdiri atas:
ucapan atau lafal, tekanan kata, nada, dan irama persendian, kosa kata atau
ungkapan dan variasi kalimat atau struktur kalimat.
Aspek nonkebahasaan terdiri atas:
kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan, ketertiban, semangat dan
sifap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar