Evaluasi Pembelajaran : Nontes Sebagai Alat Penilaian Hasil dan Proses Belajar
Dalam proses pembelajaran kegiatan mengukur atau melakukan
pengukuran merupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dan merupakan tindakan
yang mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian hasil belajar. Kegiatan
mengukur itu pada umumnya tertuang dalam bentuk tes dengan berbagai variasinya. Dalam
praktek, teknik tes inilah yang lebih sering dipergunakan dalam rangka
mengevaluasi hasil belajar peserta didik.
Pernyataan di atas tidaklah harus diartikan bahwa teknik tes adalah satu-satunya teknik untuk
melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih ada teknik yang lainnya yang
dapat dipergunakan, yaitu teknik non tes. Dengan teknik non tes maka
penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa
menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan pengamatan secara sistematis
(observation), melakukan wawancara (interview), mennyebarkan
angket (questionnaire), skala (skala penelitian, skala sikap, skala
minat), studi kasus, dan sosiometri.
Kuesioner dan wawancara pada umumnya digunakan untuk menilai
ranah kognitif seperti pendapat atau pandangan seseorang serta harapan dan
aspirasinyadisamping aspek afektif dan perilaku individu. Skala dapat digunakan
untuk menilai aspek afektif seperti skala sikap dan skala minat serta ranah
kognitif seperti skala penilaian. Pengamatan biasanya dilakukan untuk
memperoleh data mengenai perilaku individu atau proses kegiatan tertentu. Studi
kasus digunakan untuk memperoleh data yang komprehensifmengenai kasus-kasus
tertentu dari individu. Sosiometri pada umumnya digunakan untuk menilai aspek
perilaku individu, terutama hubungan sosialnya.
Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar
masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai hasil belajar peserta didik.
Para guru di sekolah pada umumnya lebih banyak menggunakan tes mengingat
alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih praktis, yang dinilai terbatas pada
aspek kognitif berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya. Maka dari itu untuk membahas dan
memperjelas secara umum tentang alat penilaian nontes kami menyusun makalah
yang berjudul “Nontes Sebagai Alat Penilaian Hasil Dan Proses Belajar
Mengajar” ini.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang di tulis diatas
maka kami dapat menyimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Seperti apakah alat-alat
penilaian nontes itu?
2. Apa saja kelebihan dan
kekurangan penilaian nontes?
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pembaca dapat mengetahui
pengertian alat-alat penilaian nontes.
2. Pembaca dapat mengetahui
kelebihan dan kekurangan penilaian nontes.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat penulis uraikan adalah : Membantu
proses belajar mengajar dengan menggunakan Nontes sebagai penilaian hasil
belajar.
A. Pengamatan (observation)
Pengamatan atau observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatansecara
sistematis terhadap fenomenaa-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan.
Pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dengan kata lain pengamatan dapat mengukur atau menilai hasil dan proses
belajar misalnya tingkah laku siswa pada saat belajar, tingkah laku guru pada
waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan
penggunaan alat peraga pada waktu mengajar. Pengamatan ini dapat
dilakukan pada waktu proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan terlebih dahulu
harus menetapkan aspek-aspek tingkah laku apa yang akan di amati, lalu dibuat
pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Bentuk pengisian pedoman
bisa secara bebas dalam bentuk uraian, bisa pula dengan bentuk member tanda cek
(V) pada kolomjawaban observasi bila pedoman yang dibuat telah tersedia
jawabannya (terstruktur).
Ada tiga jenis observasi, yakni observasi langsung,
observasi dengan alat (tidak langsung), dan observasi partisipasi.
a. Observasi langsung
Pengamatan langsung adalah pengamatan yang dilakukan
terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan
langsung diamati oleh pengamat.
b. Observasi dengan alat
(tidak langsung)
Observasi ini dilaksanakan dengan menggunakan alat seperti miskroskop
untuk mengamati bakteri, surya kanta untuk melihat pori-pori kulit.
c. Observasi partisipasi
Observasi ini berarti bahwa pengamatan harus melibatkan diri
atau ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang
diamati.
Kelemahan yang sering terjadidalam observasi ada pada pengamat itu sendiri, misalnya kurang cermat, kurang konsentrasi, lekas bosan sehingga hasil pengamatannya sering dipengaruhi oleh pendapatnya, bukan yang ditunjukkan oleh objek yang diamatinya.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam membuat pedoman
observasi lansung adalah sebagai berikut:
- Lakukan terlebih dahulu observasi langsung terhadap suatu proses tingkah laku, misalnya penampilan guru di kelas.
- Berdasarkan gambaran dari langkah (a) diatas, penilai menentukan segi-segi mana dari perilaku guru tersebut yang akan diamati sehubungan dengan keperluannya.
- Tentukan bentuk pedoman tersebut, apakah bentuk bebas (tak perlu ada jawaban, tetapi mencatat apa yang tampak) atau pedoman yang berstruktur (memakai kemungkinan jawaban).
- Sebelum observasi dilaksanakan, diskusikan dulu pedoman observasi yang telah dibuat dengan calon observan agar setiap segi yang diamati dapat dipahami maknanya dan bagaimana cara mengisinya.
- Bila ada hal khusus yang menarik, tetapi tidak ada dalam pedoman observasi, sebaiknya disediakan catatan khusus atau komentar pengamat di bagian akhir pedoman observasi.
Berhasil tidaknya observasi sebagai alat penilaian
bergantung pada pengamat, bukan pada pedoman observasi. Oleh sebab itu, memilih
pengamat yang cakap, mampu, dan menguasai segi-segi yang diamati itu sangat
diperlukan. Observasi untuk menilai proses pembelajaran dapat dilaksanakan oleh
guru di kelas pada saat siswa melakukan kegiatan belajar. Untuk itu guru tidak
perlu terlalu formal memperhatikan perilaku siswa, tetapi mencatat secara
teratur gejala dan perilaku yang ditunjukkan oleh siswa.
Contoh pedoman observasi :
Pedoman observasi
Topik diskusi
:
Kelas/semester
:
Bidang studi
:
Nama siswa yang diamati :
Hasil
pengamatan
|
keterangan
|
|||
tinggi
|
sedang
|
rendah
|
||
Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah
Memberikan
tanggapan terhadap pendapat orang lain
Mengerjakan
tugas yang diberikan
Motivasi
siswa yang mengerjakan tugas-tugas
Toleransi
dan mau menerima pendapat siswa lain
Tanggung jawab sebagai anggota kelompok
|
B. Wawancara (interview)
Wawancara atau interview merupakan salah satu alat penilaian
nontes yang digunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan
responden dengan jalan Tanya jawab sepihak. Atau dengan kata lain wawancara adalah
cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya
jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang
telah ditentukan. Dikatakan sepihak karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dalam kegiatan wawancara itu hanya berasal dari pihak pewawancara saja,
sementara responden hanya bertugas sebagai penjawab.
Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terpimpin dan
wawancara bebas.
- Wawancara terpimpin biasa juga disebut wawancara terstruktur atau wawancara sistematis. Yang dimaksud wawancara terpimpni adalah suatu kegiatan wawancara yang pertanyaan-pertanyaan serta kemungkinan-kemungkinan jawabannya itu telah dipersiapkan pihak pewawancara, responden tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan pewawancara.
- Wawancara bebas atau wawancara tak terpimpin, pada wawancara seperti ini responden diberi kebebasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pewawancara sesuai dengan pendapatnya tanpa terikat oleh ketentuan-ketentuan yang telah dibuat pewawancara.
Sebagai alat penilaian, wawancara dapat dapat digunakan
untuk menilai hasil dan proses belajar. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan wawancara, yakni:
- Tahap awal pelaksanaan wawancara bertujuan untuk mengondisikan situasi wawancara. Buatlah situasi yang mengungkapkan suasana keakraban sehingga siswa tidak merasa takut, dan ia terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan benar atau jujur.
- Penggunaan pertanyaan, setelah kondisi awal cukup baik, barulah diajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan tujuan wawancara. Pertanyaan diajukan secara bertahap dan sistematis berdasarkan rambu-rambu atau kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.
- Pencatatan hasil wawancara, hasil wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga supaya tidak lupa.
Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman
wawancara. Pedoman ini disusun dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
- Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
- Berdasarkan tujuan diatas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dalam wawancara tersebut.
- Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yang bentuk berstruktur ataukah bentuk terbuka.
- Buatlah bentuk pertanyaan yang sesuai dengan analisis (c) diatas, yakni membuat pertanyaan yang yang berstruktur atau yang bebas.
- Ada baiknya dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara, baik pedoman wawncara terpimpin atau untuk wawancara bebas.
Contoh pedoman wawancara bebas:
Tujuan
: memperoleh informasi mengenai cara belajar yang dilakukan oleh siswa di rumahnya.
Bentuk
: wawancara bebas
Responden
:
sisawa yang memperoleh hasil belajar cukup tinggi.
Nama siswa
:………………………………………………………………
Kelas\semester
:
………………………………………………………………
Jenis kelamin
:
………………………………………………………….
Pertanyaan guru
|
Jawaban siswa
|
Komentar dan kesimpulan hasil wawancara
|
Kapan dan berapa lama anda belajar
di rumah?
Bagaimana cara anda mempersiapkan
diri untuk belajar secara efektif?
Kegiatan apa yang anda lakukan
pada waktu mempelajari bahan pelajaran?
Seandainya anda mengalami
kesulitan dalam mempelajarinya, usaha apa yang anda lakukan untuk mengatasi
kesulitan tersebut?
Dst.
|
C. Angket (questionnaire)
Kelebihan kuesiner dari wawancara adalah sifatnya yang
praktis, hemat waktu, tenaga, dan biaya. Kelemahannya adalah jawaban sering
tidak objektif, lebih-lebih bila pertanyaannya kurang tajam dan memungkinkan
siswa berpura-pura. Seperti halnya wawancara, kuesioner pun ada dua macam,
yakni kuesioner berstruktur dan kuesioner terbuka. Kelebihan masing-masing
kuesioner tersebut hampir sama dengan wawancara.
Alternatif jawaban yang ada dalam kuesioner bisa juga
diinformasikan dalam bentuk simbol kuantitatif agar menghasilkan data interval.
Caranya adalah dengan jalan memberi skor terhadap setiap jawaban berdasarkan
criteria tertentu.
Petunjuk yang lebih teknis dalam membuat kuesioner adalah
sebagai berikut :
- Mulai dengan pengantar yang isinya permohonan mengisi kuesioner sambil dijelaskan maksud dan tujuannya.
- Jelaskan petunjuk atau cara mengisinya supaya tidak salah.
- Mulai dengan pertanyaan untuk mengungkapkan identitas responden.
- Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa katergori atau bagian sesuai dengan variabel yang diungkapkan sehingga mudah mengolahnya.
- Rumusan pertanyaan dibuat singkat, tetapi jelas sehingga tidak membingungkan dan salah mengakibatkan penafsiran.
- Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang lain harus dijaga sehingga tampak logikanya dalam satu rangkaian yang sistematis.
- Usahakan kemungkinan agar jawaban, kalimat, dan rumusannya tidak lebih panjang daripada pertanyaan.
- Kuesioner yang terlalu banyak atau terlalu panjang akan melelahkan dan membosankan responden sehingga pengisiannya tidak objektif lagi.
- Ada baiknya kuesioner diakhiri dengan tanda tangan sipengisi untuk menjamin keabsahan jawabannya.
Tujuan penggunaan kuesioner dalam kegiatan pengajaran adalah
:
- Untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai bahan dalam menganalisis tinglah laku hasil dan proses belajarnya.
- Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapainya dan proses belajar yang ditempuhnya.
- Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program pembelajaran.
D. Skala (skala penilaian, skala sikap,
skala minat)
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat dan
perhatian, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden
dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan criteria yang
ditentukan.
a. Skala penilaian
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain
oleh seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu kategori yang
bermakna nilai. Titik atau ketagori diberi nilai rentangan mulai dari yang
tertinggi sampai yang terendah. Rentangan nilai bisa dalam bentuk huruf (A, B,
C, D), angka (4, 3, 2, 1), sedangkan rentangan kategori bisa tinggi, sedang,
rendah, atau baik, sedang, kurang.
Hal yang penting diperhatikan dalam skala penilaian adalah
criteria skala nilai, yakni penjelasan operasional untuk setiap alternatif
jawaban (A, B, C, D). Adanya kriteria yang jelas untuk setiap alternative
jawaban akan mempermudah pemberian penilaian dan terhindar dari subjektivitas
penilai.
Skala nilai diatas bisa juga menggunakan kategori baik,
sedang, dan kurang atau dengan angka 4, 3, 2, 1 bergantung pada keinginan
penilai. Skala penilaian dapat menghasilkan data interval dalam bentuk skor
nilai melalui jumlah skor yang diperoleh dari instrument. Dalam skala kategori,
penilai bisa membuat rentangan yang lebih rinci misalnya baik sekali, baik,
sedang, kurang, dan kurang sekali.
Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur suatu
proses, misalnya proses mengajar pada guru, proses belajar pada siswa, atau
hasil belajar dalam bentuk perilaku seperti keterampilan, hubungan sosial, dan
cara memecahkan masalah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan skala penilaian adalah sebagai berikut:
- Tentukan tujuan yang akan dicapai dari skala penilaian sehingga jelas apa yang harus dinilai.
- Berdasaarkan tujuan tersebut, tentukan aspek atau variabel yang akan diungkap melalui instumen ini.
- Tetapkan bentuk rentangan nilai yang akan digunakan.
- Buatlah item-item pernyataan yang akan dinilai.
- Ada baiknya menetapkan pedoman mengolah dan menafsirkan hasil yang diperolah dari penilaian.
Skala penilaian dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh
dua orang penilai atau lebih dalam menilai subjek yang sama.
b. Skala sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang
terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa ktegori sikap yakni mendukung,
menolak, dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku
pada seseorang. Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu
stimulus kepada dirinya. Ada tiga komonen sikap yakni kognisi, afeksi, konasi.
Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang
dihadapinya, afeksi berkenaan dengan persaan dalam menanggapi objek tersebut,
sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek
tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan pada objek
tertentu.
E. Studi kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif
seorang individu yang dianggap mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari
khusus anak nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain, anak yang
selalu gagal belajar, atau anak pandai, anak yang paling disukai
teman-temannya. Kasus-kasus tersebut dipelajari secara mendalam dan dalam kurun
waktu yang cukup lama. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa individu
melakukan apa yang dilakukannya dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan
pengaruhnya terhadap lingkungan.
Kelebihan studi kasus dari studi lainnya adalah bahwa subjek
dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemahannya sesuai
dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif,
artinya hanya untuk individu yang bersangkutan, dan belum tentu dapat digunakan
untuk kasus yang sama pada individu yang lain. Dengan kata lain, generalisasi
informasi sangant terbatas penggunaannya hasil studi kasus dapat menghasilkan
hipotesis yang dapat diuji lebih lanjut. Studi kasus dalam pendidikan bisa
dilakukan oleh guru, guru pembimbing, wali kelas, terutama untuk kasus-kasus
siswa di sekolah.
Beberapa Petunjuk untuk melaksanakn studi kasus dalam bidang pendidikan, khususnya di sekolah:
- Menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang mempunyai masalah khusus untuk dijadikan kasus.
- Menetapkan jenis masalah yang dihadapi siswa dan perlu mendapatkan bantuan pemecahan oleh guru.
- Mencari bukti-bukti lain untuk lebih meyakinkan kebenaran masalah yang dihadapi siswa tersebut.
- Mencari sebab-sebab timbulnya masalah dari berbagai aspek yang berkenaan dengan kehidupan siswa tersebut.
- Menganalisis sebab-sebab tersebut dan menghubungkannya dengan tinkah laku siswa tersebut.
- Dengan informasi yang telah lengkap tentang faktor penyebab tersebut, guru dapat menentukan sejumlah alternatif pemecahannya.
- Alternatif yang telah teruji sebagai upaya pemecahan masalah dibicarakan dengan siswa untuk secara bertahap diterapkan, baik oleh siswa itu sendiri maupun guru.
Beberapa kasus yang sering terjadi pada siswa di
sekolah antara lain adalah:
- Kegagalan belajar yang dapat dilihat dari prrestasi yang dicapainya, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun untuk semua mata pelajarn yang diberikan di sekolah.
- Ketidakmampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan sekolah.
- Gangguan emosional yang berlebihan seperti cepat marah, mudah tersinggung, mudah menangis.
- Kenakalan yang sifanya menyimpang dari nilai sosial, moral, dan hukum.
- Terlibat dalam tidakan kriminal seperti mencuri, perkosaan dan perkelahian.
Bentuk kasus-kasus di atas dan mungkin masih banyak lagi
bersumber dari tiga faktor utama yakni faktor dari dalam dirinya, faktor keluarga
dan faktor ligkungan. Efek siswa yang menalami kasus sangat merugikan baik bagi
siswa yang bersangkutan maupun bagi ketertiban dan tegaknya disiplin sekolah
disamping citra sekolah di masyarakat.
F. Sosiometri
Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menyesuaikan diri, terutama dengan teman sekelasnya, adalah dengan teknik
sosiometri. Dengan teknik sosiometri ini dapat diketahui posisi seorang siswa
dalam hubungan sosialnya dengan siswa lain. Sosiometri dapat dilakukan dengan cara
menugaskan kepada semua siswa di kelas untuk memilih temannya yang paling dekat
atau paling akrab. Usahakan dalam kesempatan memilih tersebut agar tidak ada
siswa yang melakukan kompromi untuk saling memilih supaya pilihan tersebut
bersifat netral, tidak diatur sebelumnya. Diagram hasil pilihan tersebut
danamakan sosiogram.
Contoh :
Berikut ini adalah contoh sosiogram. Nama-nama siswa diberi
symbol huruf. Kepada dua puluh orang siswa dalam satu kelas diminta untuk
memilih tiga orang teman yang paling disenangi atau paling akrab hubungannya
secara berurutan. Caranya ialah dengan menuliskan tiga orang teman pada kertas
kecil lalu digulung dan diserahkan kepada guru. Tekhnik sosiometri sebaiknya
dilakukan ileh guru wali kelas atau oleh guru pembimbing dalam usahanya sesuai
dengan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya.
Kesimpulan
Kuisioner dan wawancara pada umumnya digunakan untuk menilai
ranah kognitif seperti pendapat atau pandangan seseorang serta harapan dan
aspirasinya disamping aspek afektif dan perilaku individu. Skala dapat
digunakan untuk menilai aspek afektif seperti skala sikap dan skala minat serta
ranah kognitif seperti skala penilaian. Pengamatan biasanya dilakukan untuk
memperoleh data mengenai perilaku individu atau proses kegiatan tertentu. Studi
kasus digunakan untuk memperoleh data yang komprehensifmengenai kasus-kasus
tertentu dari individu. Sosiometri pada umumnya digunakan untuk menilai aspek
perilaku individu, terutama hubungan sosialnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar