Sejarah Peradaban Cina Kuno
Sejarah Peradaban Cina Kuno: Bagian dari Peradaban Kuno di Dunia
Peradaban Cina adalah beradaban tertua yang hingga sekarang masih bisa dirasakan. Cina memiliki peran penting dalam perkembangan peradaban dunia. Hal itu bisa dilihat dari artefak-artefak yang ditinggalkan atau falsafah yang ditinggalkan. Sebagai salah satu peradaban besar, tentu saja sangatlah perlu untuk mengetahui system politik, ekonomi dan masyarakat pada masyarakat Cina.
Periodisisa sejarah Cina adalah:
Pemerintahan
Dalam pemikiran Cina tradisional, jika pemerintah baru bertahan dalam kekuatannya, ia harus dapat membuktikan amanat dari surga untuk menjadi kaisar baru. Menurut filsuf dari orang-orang Tao, dulunya dinasti hanya dapat dibuktikan jika memiliki “mandat dari surga”, dan juga dipercaya dimana mandat dari dinasti tertentu telah dikeluarkan, hal tersebut akan mengalah pada pemberontak atau pemberontak istana. Di dalam pemikiran tradisional orang-orang Cina, kerajaan yang sesungguhnya hanya ada di surga, tetapi tetap yang melaksananakannya adalah orang-orang di dunia. Efek dari filosofi politik orang-orang Tao adalah sederhana dan praktis: setiap orang boleh mencoba keberuntungannya dengan pemberontakan jika dia sangat mengharapkannya. Apabila pemberontakannya gagal, kemudian yang membuat suatu percobaan dengan jelas tidak memiliki “mandat dari surga” dan biasanya mereka dieksekusi. Bagaimanapun, seorang pemberontak yang berhasil diambil sebagai bukti bahwa mandat dari surga benar-benar ada. Hal ini semata-mata hanyalah nyanyian kesuksesan saja. Setiap orang dapat menjadi seorang kaisar sepanjang ia dapat mengumpulkan kekuatannya.
Dalam pemikiran Cina tradisional, jika pemerintah baru bertahan dalam kekuatannya, ia harus dapat membuktikan amanat dari surga untuk menjadi kaisar baru. Menurut filsuf dari orang-orang Tao, dulunya dinasti hanya dapat dibuktikan jika memiliki “mandat dari surga”, dan juga dipercaya dimana mandat dari dinasti tertentu telah dikeluarkan, hal tersebut akan mengalah pada pemberontak atau pemberontak istana. Di dalam pemikiran tradisional orang-orang Cina, kerajaan yang sesungguhnya hanya ada di surga, tetapi tetap yang melaksananakannya adalah orang-orang di dunia. Efek dari filosofi politik orang-orang Tao adalah sederhana dan praktis: setiap orang boleh mencoba keberuntungannya dengan pemberontakan jika dia sangat mengharapkannya. Apabila pemberontakannya gagal, kemudian yang membuat suatu percobaan dengan jelas tidak memiliki “mandat dari surga” dan biasanya mereka dieksekusi. Bagaimanapun, seorang pemberontak yang berhasil diambil sebagai bukti bahwa mandat dari surga benar-benar ada. Hal ini semata-mata hanyalah nyanyian kesuksesan saja. Setiap orang dapat menjadi seorang kaisar sepanjang ia dapat mengumpulkan kekuatannya.
Bagi
Cina, the family was the state in miniature, the state the family writ
large. Itu sebabnya Max Weber menyebut Cina sebagai “familistic state”.
Penulis melihat bahwa dinasti Han yang lebih setia pada ajaran
Konfusius. Menurut penulis artikel ini, akibat dari paham keluarga Cina
yang ditafsirkan secara berbeda (salah) dengan apa yang dianjurkan oleh
Konfuisus tentang sistem keluarga 3 generasi, Cina pernah mengalami
krisis karena memberlakukan sistem three tyrannies (ruler, the father,
and the husband). Three Tyrannies kemudian berkembang menjadi the three
bonds (dalam bahasa Cina, sangang). The three bonds terdiri dari:
relasi rulers-ministers; fathers-sons; and husbands-wifes. Tetapi
rupanya paham ini berkembang lagi menjadi the three accordances atau
three services: minister melayani ruler, anak melayani bapaknya, dan
istri melayani suaminya (jadi tidak resiprokal, hanya pelayanan searah
saja!). para pengagum three services, menganggap ini sumber dari segala
keteratutan. Secara defacto, Paham three services masih sejalan dengan
sistem tradisional Cina yang menekankan filial obligation dan filial
piety.
Sistem
three services tidak bersifat resiprokal sebagaimana yang diajarkan
oleh Mencius (salah seorang murid Konfuisus). Mencius mengatakan: jika
seorang pangeran merawat para pembantunya seperti tangan dan kakinya,
mereka (para pembantunya) akan merawat pangeran itu seperti perut dan
hati mereka. Jika pangeran merawat para pembantunya seperti kuda dan
anjingnya, mereka akan merawatnya seperti seorang yang gila. Dan, jika
seorang pangeran melihat para pembantunya seperti lumpur dan
rerumputan, mereka juga akan melihat pangeran itu seperti seorang lawan.
Menurut
Mencius, Konfusius mengajarkan bahwa keteraturan sosio-politik terjadi
ketika ruler berkelakuan seperti ruler, minister berkelakuan seperti
minister, dan father berkelakukan seperti father dan son berkelakukan
seperti son; menurut Konfusius, hal ini yang ia sebut sebagai sumber
knowledge, etika. Konfusian dari suku Han melihat bahwa Yin-Yang
mengandung sistem resiprokal. Yin diidentikkan dengan minister, son and
wife sedangkan Yang diidentikkan dengan ruler, father, husband. Oleh
karena itu, three bonds bagi suku Han harus dilihat seperti relasi
Yin-Yang.
Melihat
uraian di atas, jelas bahwa Konfusius menolak sistem otoriter.
Konfusius memberi tekanan pada saling adanya relasi secara etika dan
bukan pada control kekuasaan yang otoriter. Seorang murid Konfusius,
Xunzi mengatakan bahwa jika setiap orang bersikap hormat, tertib, tanpa
cela, menghargai orang lain, saat itulah terjadi bahwa setiap orang
bersaudara. Dalam sistem reciprocity, sistem absolut tidak berlaku.
Karena dalam sistem reciprocity yang ditekankan adalah fleksibilitas,
keutamaan (virtue). Dan, kekuatan relasi yang cocok dalam KBE tidak
terletak dalam sistem kekuasaan absolut (husband, father, and ruler)
melainkan pada authority yang membangun pengetahuan etika.
Bentuk pemerintahan
Sistem pemerintahan yang digunakan ketika keakaisan Cina kuno masih berkuasa adalah sistem pemerintahan yang sentralistik. Sistem sentralistik ini bisa disetarakan dengan sikap absolutisme monarki. Sehingga dalam pelaksananany timbullah istilah “semua tanah adalah tanah raja dan semua orang adalah milik raja”.
Dalam pelaksanan pemerintahn raja juga memabgi tugas-tugas bawahan. Pada masa kekaisaran kaisar terdapat enam orang bawahan. Enam orang bawahan inilah yang akan melaksanakan perintah raja. Enam orang itu memiliki tugas: menteri surga, pembuat kebijakan; menteri bumi, menteri berkenaan dengan pendidikan; menteri musim semi, menteri berkenaan dengan pengadilan agama; menteri musim panas, meneteri berkenaan dengan administrasi keseharian; menteri menteri musim gugur, menteri berkenan dengan penjatuhan hukuman; menteri musim dingin, menteri yang berkenaan dengan logistik negara, termasuk pembiayaan proyek besar. Tiap menteri memiliki staff ratusan dari bagian-bagian. Kaisar jug amengontrol enam kekuatan militer, setiap regional memiliki tiga, dua atu satu yang disesuaikan dengan wilayah.
Kemasyarakatan
Sistem keluarga Cina dipengaruhi oleh paham kekeluargaan Konfusius. Menurut Olga Lang, orangtua dalam sistem keluarga Cina berkewajiban mengajari anggota keluarganya tentang mekanisme Negara agar mereka bisa menerima ororitas Negara. Lucian Pye melihat bahwa kultur politik Cina menekankan interpendensi antara pemerintah dan keluarga. Karena, dalam masyarakat tradisional Cina, keluarga berperan untuk mengurangi kekacauan dalam institusi-institusi public, orangtua selalu menekankan order sosial dan kesejahteraan setiap anggota keluarga.
Sistem pemerintahan yang digunakan ketika keakaisan Cina kuno masih berkuasa adalah sistem pemerintahan yang sentralistik. Sistem sentralistik ini bisa disetarakan dengan sikap absolutisme monarki. Sehingga dalam pelaksananany timbullah istilah “semua tanah adalah tanah raja dan semua orang adalah milik raja”.
Dalam pelaksanan pemerintahn raja juga memabgi tugas-tugas bawahan. Pada masa kekaisaran kaisar terdapat enam orang bawahan. Enam orang bawahan inilah yang akan melaksanakan perintah raja. Enam orang itu memiliki tugas: menteri surga, pembuat kebijakan; menteri bumi, menteri berkenaan dengan pendidikan; menteri musim semi, menteri berkenaan dengan pengadilan agama; menteri musim panas, meneteri berkenaan dengan administrasi keseharian; menteri menteri musim gugur, menteri berkenan dengan penjatuhan hukuman; menteri musim dingin, menteri yang berkenaan dengan logistik negara, termasuk pembiayaan proyek besar. Tiap menteri memiliki staff ratusan dari bagian-bagian. Kaisar jug amengontrol enam kekuatan militer, setiap regional memiliki tiga, dua atu satu yang disesuaikan dengan wilayah.
Kemasyarakatan
Sistem keluarga Cina dipengaruhi oleh paham kekeluargaan Konfusius. Menurut Olga Lang, orangtua dalam sistem keluarga Cina berkewajiban mengajari anggota keluarganya tentang mekanisme Negara agar mereka bisa menerima ororitas Negara. Lucian Pye melihat bahwa kultur politik Cina menekankan interpendensi antara pemerintah dan keluarga. Karena, dalam masyarakat tradisional Cina, keluarga berperan untuk mengurangi kekacauan dalam institusi-institusi public, orangtua selalu menekankan order sosial dan kesejahteraan setiap anggota keluarga.
Relationship
merupakan motor penggerak dalam politik ideologi kekeluargaan Cina.
Implikasi politik dari sistem ini adalah bahwa dalam membangun ekonomi
Cina, yang ditekankan adalah jaringan, relasi (untuk saling menolong).
Kinship networks (jaringan kekeluargaan), menjadi pilar paradigma baru
dalam kerangka kerja ekonomi Cina. Selain itu, yang mengakibatkan Cina
mampu menguasai perekonomian secara global adalah etos kerja yang
menekankan keuletan dan kerajinan. Ada tiga penjelasan etos kerja.
Pertama, dalam sistem keluarga Cina, etos kerja telah ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil. Bagi Cina, kerja dihubungkan dengan kumpulan nilai yang kompleks, yang mencakup pengorbanan diri, rasa percaya, dan hemat yang dipandang sebagai dasar terakumulasinya kekayaan.
Kedua, etos kerja Cina berorientasi kelompok. Setiap individu berpartisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, kemudian untuk kesejahteraan masyarakat.
Ketiga, orang Cina bekerja keras untuk mendapatkan imbalan materi. Dalam komunitas Cina perantauan (seperti di Singapura), kemakmuran, kenyamanan, dalam usia lanjut, menduduki posisi sentral dalam persepsi
Pertama, dalam sistem keluarga Cina, etos kerja telah ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil. Bagi Cina, kerja dihubungkan dengan kumpulan nilai yang kompleks, yang mencakup pengorbanan diri, rasa percaya, dan hemat yang dipandang sebagai dasar terakumulasinya kekayaan.
Kedua, etos kerja Cina berorientasi kelompok. Setiap individu berpartisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, kemudian untuk kesejahteraan masyarakat.
Ketiga, orang Cina bekerja keras untuk mendapatkan imbalan materi. Dalam komunitas Cina perantauan (seperti di Singapura), kemakmuran, kenyamanan, dalam usia lanjut, menduduki posisi sentral dalam persepsi
Cina tentang kehidupan yang baik.
Awalnya,
bentuk ideal Cina adalah joint family: membangun ikatan kekeluargaan
yang terdiri dari lima keturunan yang hidup secara bersama-sama dalam
satu atap, sharing bersama, satu dapur bersama, saling berbagi
keuntungan serta saling membantu, yang dikendalikan oleh seorang kepala
keluarga. Pemerintah kekaisaran Cina tradisonal mengadopsi sistem
kekeluargaan ini menjadi bentuk ideal untuk mencapai harmoni dalam
sistem pemerintah. Tetapi secara defacto, sistem kekeluargaan yang
dikendalikan oleh seorang kepala keluarga dan pemerintahan yang
dikendalikan oleh monarkhi, mengakibatkan Cina terjerumus dalam sistem
kekeluargaan dan pemerintahan yang sangat feodal (dan hal ini bertolak
belakang dengan visi Konfusius yang selalu menekankan dimensi etika
dalam menjalankan otoritas). Baru pada zaman dinasti Ming, sistem
keperintahan yang feodal lamban laun mulai ditinggalkan. Sistem
keluarga a la Konfusian menekankan etika kesalehan, sopan santun,
keutamaan, menghargai orang lain. Pada abad 20-an, yang berkembang di
dalam masyarakat Cina justru nuclear family (keluarga inti) dan stem
family.
Kedua
sistem kekeluargaan ini membangun jaringan kekeluargaan (kinship
networks) yang lebih luas, tidak semata-mata secara bilogis tetapi
jaringan kekeluargaan atas dasar kebajikan-etika. Banyaknya anggota
keluarga dalam satu atap pun berkurang. Karena pada era itu, sistem
yang cocok dengan bentuk ideal keluarga Cina (menurut kaum terpelajar
Konfusian) adalah sistem 3 generasi (orangtua, anak, dan kakek-nenek).
Pemerintah Singapura mempromosikan sistem 3 generasi ini dengan
membangun rumah bagi mereka yang baru menikah dan ingin tinggal bersama
dalam sistem 3 generasi.
Hubungan
antara tiga dan lima keluarga a la Konfusian merupakan kunci
relasi-relasi: ayah-anak, suami-istri, adik-kakak (sistem 3 generasi)
dan sistem 5 generasi (ayah-anak, suami-istri, adik-kakak, kakek-cucu
lelaki, dan paman-kemenakan lelaki). Konfusian lebih condong pada
sistem 3 generasi. Bagi Konfusius, relasi antara ayah-anak, suami istri
dan adik-kakak, seharusnya seperti itu relasi yang dibangun oleh aparat
pemerintah (relasi kaisar-menteri, relasi menteri-rakyat, relasi
kaisar-rakyat). Paham kekeluargaan Konfusian menekankan relationship
atas dasar etika bukan relasi secara bilogis. Menurut Konfusius,
walaupun hidup dalam satu atap, sharing secara bersama-sama belum tentu
terbangun rasa solidaritas tanpa disertai sikap yang didasarkan pada
moralitas (keutamaan).
Walaupun
Konfusius menawarkan sistem kekeluargaan yang berbasis pada moralitas
tetapi rupa-rupanya, masyarakat Cina ada yang menafsir ajaran Konfusius
menjadi sangat kaku. Hal itu terjadi (misalnya) ketika orang Cina
mengidentikkan family dengan jia. Jia adalah kepala keluarga yang
bersifat otoriter, segalanya dia yang menentukan. Ajaran tentang jia
yang menggiring Cina ke sistem tradisional keluarga yang subordinasi.
Ketika seorang kaisar atau pemerintah memberlakukan paham ini dalam
sistem keperintahan-an, saat itu Cina terperangkap dalam sistem
pemerintah yang tirani, otoriter; sehingga demokrasi sulit mendapat
tempat. Oleh karena itu, W. J. F. Jenner menyebut the Chinese family
sebagai sebuah struktur yang otoiter.
Ekonomi
Ekonomi Cina dibangun berdasarkan ekonomi agrarian. Ekonomi agrarioa tyang memiliki system feodalistik. Sistem bahwa penguasaan tanah memiliki peranan penting.
Pentingnya pertanian bagi Cina telah membawa perubahan pada sisitem teknologi pertanian juga. Sisitem pertanian yang diterapkan Cina pada waktu itu telah mengenal adanya sistem irigasi, rotasi tanaman pertanian, dan penggunaan hewan sebagai alat pertanian.
Ekonomi
Ekonomi Cina dibangun berdasarkan ekonomi agrarian. Ekonomi agrarioa tyang memiliki system feodalistik. Sistem bahwa penguasaan tanah memiliki peranan penting.
Pentingnya pertanian bagi Cina telah membawa perubahan pada sisitem teknologi pertanian juga. Sisitem pertanian yang diterapkan Cina pada waktu itu telah mengenal adanya sistem irigasi, rotasi tanaman pertanian, dan penggunaan hewan sebagai alat pertanian.
Cina
juga tidak tergantung pada pertanian saja, namun telah mengembangkan
hasil peternakan. Peternakan yang berkemabng dicina meliputi peternakan
domba, kambing dan sapi. Selain adanya binatang ternak setiap penduduk
juga memilki hewan untuk dipelihara, seperti lembu janta, babi dan
ayam. Perekonomian Cina juag dibantu dengan adanya perburuan yang
dilakukan penduduk.
Tidak
hanya pertanian, Cina juga mengembangkan sistem perdagangan dengan
dunia luar. Cina telah menjalin hubungan dagang pertama kali dengan
melakuakn transaksi di sekitar Cina bagian utara dan laut Cina selatan.
Perdagang yang dilakuakn berupa perdagangan besi, timah, cangkang
penyu, dan produk kerajinan tangan. Dengan adanya perdagangan maka
terjadilah pekembangan teknologi peleburan besi, munculnya kota-kota
dagang, dan penggunaan uang.
Dinasti pada Cina Kuno
Dinasti Zhou
Dinasti Zhou (Hanzi:
周朝, hanyu pinyin: Zhou Chao) (1066 SM - 221 SM) adalah dinasti terakhir
sebelum Cina resmi disatukan di bawah Dinasti Qin. Dinasti Zhou adalah
dinasti yang bertahan paling lama dibandingkan dengan dinasti lainnya
dalam sejarah Cina, dan penggunaan besi mulai diperkenalkan di Cina
mulai zaman ini.
Dinasti Zhou didirikan oleh keluarga Ji (姬) beribukota di Hao (鎬, sekarang di sekitarXi'an), meneruskan corak budaya dan bahasa dari dinasti sebelumnya, ekspansi Zhou pada awalnya adalah melalui penaklukan. Secara berangsur-angsur Zhou memperluas budaya Shang sampai ke wilayah utara Sungai Panjang.
Pada awalnya keluarga Ji mengendalikan negara Zhou secara terpusat. Pada tahun 771 SM, setelah Raja You (周幽王) menggantikan ratunya dengan Selir Baosi, ibukota diserang oleh kekuatan gabungan dari ayah ratu, pangeran Shen yang bersekutu dengan suku-suku asing. Kemudian, putra sang ratu, Ji Yijiu (姬宜臼) dinaikkan menduduki tahta sebagai raja baru oleh para bangsawan dari negara Zheng, Lü, Qin dan pangeran Shen. Ibukota negara kemudian terpaksa dipindahkan ke sebelah timur di tahun 722 SM, tepatnya ke Luoyang di propinsi Henan sekarang.
Oleh karena pemindahan ibukota ini, para sejarahwan kemudian membagi Dinasti Zhou menjadi Dinasti Zhou Barat (西周) dari akhir abad ke-10 SM sampai dengan tahun 771 SM, serta Dinasti Zhou Timur (東周) dari tahun 770 SM sampai dengan tahun 221 SM. Tahun permulaan Zhou Barat tetap masih dalam perdebatan, antara – tahun 1122 SM, tahun 1027 SM atau tahun lain dalam ratusan tahun dari akhir abad ke-12 SM. Pada umumnya, sejarawan Cina menetapkan tahun 841 SM sebagai tahun awal mula dari tahun pemerintahan Dinasti Zhou dalam sejarah Cina.
Dan berdasarkan sejarahwan Cina terkenal, Sima Qian di dalam karya tulisnya Catatan Sejarah Agung, Zhou Timur dibagi lagi dalam dua zaman yaitu Zaman Musim Semi dan Gugur dan Zaman Negara-negara Berperang.
Dinasti Zhou didirikan oleh keluarga Ji (姬) beribukota di Hao (鎬, sekarang di sekitarXi'an), meneruskan corak budaya dan bahasa dari dinasti sebelumnya, ekspansi Zhou pada awalnya adalah melalui penaklukan. Secara berangsur-angsur Zhou memperluas budaya Shang sampai ke wilayah utara Sungai Panjang.
Pada awalnya keluarga Ji mengendalikan negara Zhou secara terpusat. Pada tahun 771 SM, setelah Raja You (周幽王) menggantikan ratunya dengan Selir Baosi, ibukota diserang oleh kekuatan gabungan dari ayah ratu, pangeran Shen yang bersekutu dengan suku-suku asing. Kemudian, putra sang ratu, Ji Yijiu (姬宜臼) dinaikkan menduduki tahta sebagai raja baru oleh para bangsawan dari negara Zheng, Lü, Qin dan pangeran Shen. Ibukota negara kemudian terpaksa dipindahkan ke sebelah timur di tahun 722 SM, tepatnya ke Luoyang di propinsi Henan sekarang.
Oleh karena pemindahan ibukota ini, para sejarahwan kemudian membagi Dinasti Zhou menjadi Dinasti Zhou Barat (西周) dari akhir abad ke-10 SM sampai dengan tahun 771 SM, serta Dinasti Zhou Timur (東周) dari tahun 770 SM sampai dengan tahun 221 SM. Tahun permulaan Zhou Barat tetap masih dalam perdebatan, antara – tahun 1122 SM, tahun 1027 SM atau tahun lain dalam ratusan tahun dari akhir abad ke-12 SM. Pada umumnya, sejarawan Cina menetapkan tahun 841 SM sebagai tahun awal mula dari tahun pemerintahan Dinasti Zhou dalam sejarah Cina.
Dan berdasarkan sejarahwan Cina terkenal, Sima Qian di dalam karya tulisnya Catatan Sejarah Agung, Zhou Timur dibagi lagi dalam dua zaman yaitu Zaman Musim Semi dan Gugur dan Zaman Negara-negara Berperang.
Dinasti Han
Dinasti Han (Hanzi: 漢朝, hanyu pinyin: Han Chao) (206 SM - 220) adalah satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh di Cina sepanjang sejarahnya. Dinasti ini adalah yang meletakkan dasar-dasar nasionalitas Cina mewarisi penyatuan Cina dari dinasti sebelumnya, Dinasti Qin. Dinasti Han sendiri didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memenangkan perang saudara dengan saingannya, Xiang Yu. Dinasti Han merupakan salah satu dinasti terkuat di Cina, dan karena pengaruhnya yang besar, etnis-etnis mayoritas di Cina sekarang ini menyebut mereka orang Han (biarpun mungkin nenek moyang mereka bukan dari etnis Han).
Daftar Pustaka;
T’ung-tsu Ch’ii, Han Social Structure. Seattle:University of Washington Press, 1967.
Artikel : State anad Society
“Sejarah Permulaan Cina”, http:/www.Asiamaya.com/ (dl:2 Maret 2008), 1hlm
“China Zaman Silam”, http:/media.cla.auburn.edu/history/gs/descriptions/ 7400.htm. (dl: 2 Maret 2008). 1 hlm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar