MAKALAH
METODE PEMBELAJARAN DI STKIP
PGRI SUMENEP
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Bahasa Indonesia”
Dosen pembimbing : Ibu Hermin,spd
Di susun oleh :
Siti Mutrmainnah (1135511229)
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDIBAHASA INGGRIS STKIP PGRI SUMENEP
2012 -2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Untaian kalimat
tahaffudz, alhamdulilah, hanya bagi Allah S.W.T yang maha pengasih dan
penyayang. Sholawat beserta salam semoga semoga tetap tercurah limpahkan ke
junjungan Nabi besar kita, yakni Nabi Muhammad SAW. Para sahabat serta para
pengikutnya yang setia.
Ucapan syukur keadirat
Allah Azza wajalla atas keselesaiannya makalah ini, yang bertujuan untuk
memenuhi tugas makalah “Bahasa Indonesia” .
Disamping itu makalah
ini juga berfungsi sebagai buku pegangan atau pedoman bagi mahasiswa agar
nantinya bisa memperoleh apa yang diinginkan dalam makalah ini, khususnya dalam
pengetahuan Bahasa Indonesia. Artinya,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Wassalamualaikum wr. wb.
Sumenep,
15 juni 2012
DAFTAR ISI
Halaman sampul
…………………………………………………………………… i
Kata pengantar
…………………………………………………………………….. ii
Daftar isi
……………………………………………………………………………. iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ………………………………………………………………...
1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………..……
1
1.3 Tujuan Pembahasan …………………………………………………………..
1
1.4 Manfaat Penulisan ……………………………………………………………..
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses mengajar dosen di STKIP PGRI
Sumenep ………………………… 3
2.1.1 Metode Ceramah (Preaching Method)
.........................................................
4
2.1.2 Based learning. ………………………………………………………………...
5
A. CIRI- CIRI
METODE BASED LEARNING
………………… 7
B. TUJUAN
METODE BASED LEARNING ……………………. 8
2.1.3 Based instruction
………………………………………………………. 9
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
...................................................................................................
13
3.2 Saran
.........................................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sebagian orang menganggap bahwa belajar merupakan kegiatan
yang tidak menarik dan membosankan. Padahal belajar akan membuka
jendelapemahaman manusia terhadap hakikat segala sesuatu. Dengan belajar,
manusia akan dapat memahami hakikat diri, lingkungannya, dan hakikat penciptaan
diri dan lingkungan.
Menurut
VAN BEMMELEN “Metode belajar efektif di perguruan tinggi pada dasarnya
merupakan upaya untuk mencapai prestasi akademik yang optimal di perguruan
tinggi.Prestasi akademik ini, setelah
diterapkannya Sistem Kredit Semester (SKS)di perguruan tinggi,
dinyatakan dengan Indeks Prestasi, atau yang lazim
dikenal dengan istilah "IP". Secara empiris mencapai IP yang optimal
bukanlah pekerjaan yang mudah karena apabila sampai keliru dalam menentukan
strategi maka bukan saja IP-nya menjadi rendah, akan tetapi waktu belajarpun
menjadi "molor"; bahkan tidak jarang mahasiswa terpaksa dikenai
"Drop Out" (DO) karenanya”.
Perlu
dicatat: DO merupakan peristiwa terburuk bagi seorang mahasiswa, karena dengan
demikian lepaslah seluruh status dan predikat kemahasiswaannya.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah
yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
proses mengajar Dosen di STKIP PGRI Sumenep ?
2. Metode
seperti apa yang harus digunakan di STKIP PGRI Sumenep ?
1.3 Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah,
maka penulis dapat menyimpulkan beberapa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui proses mengajar Dosen di STKIP PGRI Sumenep
2. Untuk
mengetahui metode apa yang harus digunakan di STKIP PGRI Sumenep
1.4 Manfaat Penulisan
kita sebagai calon pendidik
akan mampu mengimplementasikan hasil dari makalah sebagai bahan pembelajaran.
Kita tidak hanya mampu memberikan teori, tetapi penerapan langsung terhadap
anak didik. Hasil dari analisis ini juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk
tugas penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses mengajar dosen di STKIP PGRI Sumenep
Guru/Dosen merupakan ujung
tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar.
Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya
sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam
mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna. Oleh sebab itu, untuk
mencapai standar proses pendidikan, sebaiknya dimulai dengan menganalisis
komponen guru, salah satunya dengan peningkatan profesional guru serta
mengoptimalkan peran guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran bukan hanya
sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah
perilaku mahasiswa/siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu,
dalam proses mengajar terdapat kegiatan membimbing peserta didik agar
berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya, melatih keterampilan
intelektual maupun keterampilan motorik sehingga siswa/mahasiswa dapat dan
berani hidup di masyarakat yang cepat berubah dan penuh persaingan, memotivasi
mahasisiswa/siswa agar mereka dapat memecahkan berbagai persoalan hidup dalam
masyarakat yang penuh tantangan dan rintangan, membentuk siswa yang memiliki
kemampuan inovatif dan kreatif, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, seorang
guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai
strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai
dengan taraf perkembangan mahasiswa/siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan
berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran.
Dalam STKIP PGRI Sumenep
tidaklah jarang para Dosen menggunakan metode pembelajaran yang tidak sesuai
dengan kurikulum saat ini. Contohnya : Dosen menggunakan Metode Ceramah (Preaching Method). Dalam metode ini
seluruh aktivitas hanya dititik beratkan kepada Dosen, sehingga mahasiswa hanya
menjadi pendengar setia atau dengan kata lain PASIF. Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat pengertian
dari metode ceramah tersebut.
2.1.1 Metode Ceramah (Preaching Method)
Muhibbin Syah, (2000). Mengatakan
”Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan sacara lisan kepada sejumlah mahasiswa/siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif”.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a. Membuat mahasiswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada mahasiswa
c. Mengandung daya kritis mahasiswa ( Daradjat, 1985)
d. Mahasiswa yang lebih tanggap dari visi visual akan
menjadi rugi dan mahasiswa yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar
menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar mahasiswa.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian
kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah,
2000).
Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, disarankan untuk menggukan metode pembelajaran yang
lain seperti (problem based learning,PBL
atau problem based instruction,PBI). Dalam metode pembelajaran ini segala
kegiatan proses belajar mengajar dititik beratkan kepada peserta didik, dan
Dosen/Guru hanya menjadi fasilitator saja.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini,
padatahun 1997, The Cognition and Technology Group at
Vanderbilt mengembangkan sebuah program tentang pembelajaran berbasis masalah
( problem based learning,PBL atau problem based
instruction,PBI) yang dinamai The Jasper Project. Program ini menyediakan beberapa kaset cakram padat (videodisc). Ternyata
program ini dapat membantu siswa untuk menghubungkannya dengan konsep-konsep
pelajaran lain. Proyek ini difokuskan pada dua buah petualangan yang
membutuhkan penyelesaian masalah. Petualangan pertama berjudul Blueprint of Success dan petualangan kedua berjudul The Big Splash. Di akhir penelitian ini ditemukan sebuah fakta bahwa siswa yang
mengikuti program ini mempunyai tingkat motivasi dan kinerja akademik yang
lebih baik daripada yang tidak mengikuti program ini.[1]
2.1.2 Based learning.
Based learning adalah strategi
pengajaran di mana satu kelas dibagi beberapa kelompok, kemudian diberi masalah
dan siswa bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Satu kelas dibagi beberapa
kelompok yang mesing-masing kelompok terdiri dari 3-6 orang untuk mendiskusikan
suatu topik atau memecahkan suatu masalah, bisa dilakukan di dalam kelas atau
di luar kelas. Dalam satu kelompok ini, mereka mempunyai tugas diantaranya:
·
Membantu memecahkan masalah yang dihadapi
·
Menampilkan saran-saran untuk mendiskusikan
atau memecahkan masalah
·
Mendengarkan baik-baik dan menghargai
sumbangan pikiran anggota-anggota lainnya Mengembangkan pendapat atas dasar
pendapat anggota lainnya
·
Memecahkan masalah merupakan metode belajar
yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya.
Metode ini dapat didasarkan
pada penelitian, pengajaran proyek, pengajaran unit yang terintegrasi,
pendekatan interdisipliner, pelajaran individual dan pengajaran yang aktif.
Yang penting ialah, bahwa setiap metode yang digunakan mempunyai tujuan untuk
mendidik anak agar sanggup memecahakn masalah. Langkah-langkah yang diikuti
dalam pemecahan masalah, pada umumnya seperti yang dikemukakan oleh John Dewey,
yaitu:
·
Pelajar dihadapkan pada masalah
·
Pelajar merumusakan masalah itu
·
Pelajar merumuskan hipotesis
·
Pelajar menguji hipotesis tersebut
Pada umumnya, yang hadir di
ruang kelas adalah terjadinya pembelajaran tradisional yang di mana proses
pembelajaran yang terjadi bersifat memusatkan pada guru,dengan menjadikan siswa
sebagai objek pembelajaran dengan aktivitas utamanya untuk menghafal materi
pelajaran, mengerjakan tugas dari guru, menerima hukuman jika melakukan
kesalahan, dan kurang mendapatkan penghargaan terhadap hasil kerjanya. Situasi
pembelajaran seperti ini jika terus dipertahankan akan membawa dampak yang
buruk bagi siswa, di mana kondisi ini akan memunculkan sikap kegagalan dan
mempertahankan diri. Siswa akan merasa apa yang mereka kerjakan bukan merupakan
apa yang mereka inginkan. Jika terjadi sesuatu di luar keinginan siswa, maka
dia akan berusaha untuk berbohong atau menutupi apa yang mereka rasakan dan
alami dalam kegiatan pembelajaran. Mengapa menggunakan based learning? Karena
Based learning menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan
berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Tiga strategi utama
yang dapat dikembangkan dalam based learning adalah:
1. Menciptakan
lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa.Dalam setiap
kegiatan pembelajaran, sering-seringlah guru memberikan soal-soal materi
pelajaran yang memfasilitasi kemampuan berpikir siswa dari mulai tahap
pengetahuan sampai tahap evaluasi. Soal-soal
pelajaran dikemas semenarik mungkin, misalnya melalui teka-teki, simulasi
games, agar siswa dapat terbiasa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya
dalam konteks pemberdayaan potensi otak siswa.
2. Menciptakan
lingkungan pembelajaran yang menyenangkan. Hindarilah situasi pembelajaran yang
membuat siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang terlibat di dalamnya.
Lakukan kegiatan pembelajaran dengan diskusi kelompok yang diselingi dengan permainan-permainan
menarik, dan upaya-upaya lainnya yang mengeliminasi rasa tidak nyaman pada diri
siswa. seseorang akan belajar dengan segenap kemampuan apabila dia menyukai apa
yang dia pelajari dan dia akan merasa senang terlibat di dalamnya.
3. Menciptakan
situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Siswa sebagai
pembelajar dirangsang melalui kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun
pengetahuan mereka melalui proses belajar aktif yang mereka lakukan sendiri.
Bangun situasi pembelajaran yang memungkinkan seluruh anggota badan siswa
beraktivitas secara optimal, misal mata siswa digunakan untuk membaca dan
mengamati, tangan siswa bergerak untuk menulis, kaki siswa bergerak untuk
mengikuti permainan dalam pembelajaran, mulut siswa aktif bertanya dan
berdiskusi, dan aktivitas produktif anggota badan lainnya. Selain itu , alasan
menggunakan metode based learning ialah:
·
Meningkat pendidikan untuk semua siswa
·
Mengubah pola mengajar dari memberitahu ke
melakukan
·
Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
belajar sesuai dengan minat dan membuat keputusan sendiri
·
Memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi
tentang bagaimana mereka akan menemukan jawaban pertanyaan atau memecahkan
masalah
·
Memungkinkan siswa melek teknologi
·
Melengkapi siswa dengan keterampilan dan rasa
percaya diri untuk sukses pada kompetisi global
·
Mengajarkan inti kurikulum dengan cara
interdisiplin
Biasanya, based learning digunakan oleh seorang guru ataupun dosen ketika mengajarkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, pertanyaan menarik mionat siswa, bila melatih siswa menjadi pebelajar yang madiri, serta pertanyaan mempunyai kemungkinan jawaban lebih dari satu
Biasanya, based learning digunakan oleh seorang guru ataupun dosen ketika mengajarkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, pertanyaan menarik mionat siswa, bila melatih siswa menjadi pebelajar yang madiri, serta pertanyaan mempunyai kemungkinan jawaban lebih dari satu
Contoh metode based learning:
Guru memberikan suatu studi kasus mengenai kondisi suatu daerah tertentu yang
kekurangan gizi sehingga menyebabkan rendahnya produksi daerah tersebut. Maka
para siswa diminta untuk menyelesaikan dua masalah yang saling berkaitan itu
dengan mempertimbangkan kondisi daerah itu secara keseluruhan termasuk soal
keuangan, kelembagaan dan sumber-sumber lainnya yang tersedia bagi pembangunan.
A. CIRI- CIRI
METODE BASED LEARNING
·
Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik
·
Membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, dan belajar berbagai
peran orang dewasa dengan terlibat dalam pengalaman nyata/simulasi
·
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
·
Penyelidikan autentik
·
Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
·
Menghindari pembelajaran terisolasi dan
berpusat pada guru
·
Menciptakan pembelajaran interdisiplin,
berpusat pada siswa dalam jangka waktu lama
·
Terintegrasi dengan dunia nyata dan pengalaman
praktis
·
Mengajarkan kepada siswa untuk mampu
menerapkan apa yang mereka pelajari di sekolah dalam kehidupannya yang panjang
·
Pembelajaran berpusat pada siswa.
·
Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil.
·
Guru berperan sebagai tutor dan pembimbing.
·
Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan
merangsang pembelajaran
·
Masalah adalah kenderaan untuk pengembangan
keterampilan pemecahan masalah.
·
Informasi baru diperoleh lewat belajar
mandiri.
B. TUJUAN
METODE BASED LEARNING
·
Mengembangkan pengetahuan, tentang apakah yang
dilakukan dan bagaimana melakukan hal tersebut
·
Mengembangkan sikap, tentang keinginan atau
kemauan untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari
·
Mengembangkan keterampilan, tentang abilitas
untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh melalui proses latihan pada
pekerjaan tertentu.
·
Melatih siswa berpikir tingkat tinggi dan
pemecahan masalah,
·
Melatih siswa menjadi pebelajar yang mandiri
(self regulated learning)
·
Memperluas pandangan
·
Siswa didorong menggunakan pengetahuan dan
pengalamannya untuk memecahkan masalah
·
Siswa mamapu menyatakan pendapatnya secara
lisan. Hal itu melatih kehidupan yang demokratis.
·
Memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar
berparisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama
·
Mengembangkan keterampilan bertanya,
berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan pada diri siswa.
·
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan
konsep diri yang lebih positif
·
Membantu mengembangkan kepemimpinan
·
Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan
pendapat
·
Mengembangkan rasa sosial, karena bisa saling
membantu dalam memecahkan soal Sementara itu, guru mempunyai peran sebagai
berikut:
·
Mengajukan masalah otentik/mengorientasikan
siswa/mahasiswa kepada masalah
·
Memfasilitasi/membimbing penyelidikan pada
saat pengamatan atau eksperimen
·
Memfasilitasi dialog antara siswa
·
Mendukung belajar siswa
·
Memberikan instruksi verbal kepada siswa
untuk membantu siswa memecahkan masalah. Instruksi verbal maksudnya ialah
membimbing atau menjuruskan pemikiran pelajar itu ke arah tertentu.
2.1.3 Based instruction
Model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model
pengajaran langsung (direct intruction).
Menurut Arends (2001): ”A
teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and
knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here,
the model is labeled the direct instruction model”.
Artinya: “Sebuah model
pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar
dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan
tersebut, model yang digunakan dinamakan model pengajaran langsung.
Model pengajaran langsung (direct
instruction) dilandasi oleh teori belajar perilaku yang berpandangan bahwa
belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Satu
penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik
kepada siswa dalam pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan penerapan
teori perilaku tersebut.
Arends (1997) menyatakan: “The direct instruction model was specifically
designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative
knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion”.
Artinya: Model pengajaranlangsung secarakhusus dirancang untuk mempromosikan belajar siswa dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah-demi-langkah.
Lebih lanjut
Arends (2001) menyatakan: ”Direct instruction is a
teacher-centered model that has five steps: establishing set, explanation
and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practice a direct
instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning
environment that businesslike and task-oriented”.
Artinya: Pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan danatau demonstrasi, panduan praktek, umpanbalik, dan perluasan praktek.
Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan perencanaan yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berorientasi tugas
Model pengajaran langsung
memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat
dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya. Oleh karena itu hal penting yang
harus diperhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari
menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di samping itu, model
pengajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada
proses belajar konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih terstruktur.
Guru yang menggunakan model
pengajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam mengidentifikasi tujuan
pembelajaran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang akan
diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan
pemodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan
balik.
Karakteristik:
Salah satu karakteristik
dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks/tahapan pembelajaran.
Selain harus memperhatikan sintaks, guru yang akan menggunakan pengajaran
langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel lingkungan lain, yaitu
fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan
siswa, waktu dan dampak dari pembelajaran.
Fokus akademik merupakan
prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran,
aktivitas akademik harus ditekankan. Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika
memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok,
berperan sebagai sumber belajar selama pembelajaran dan meminimalkan kegiatan
non akademik. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga
guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan
oleh siswa.
Sintaks model pengajaran
langsung memiliki 5 tahapan, sebagai berikut:
Fase 1 : Fase Orientasi
Pada fase ini guru memberikan
kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi pelajaran yang meliputi:
Kegiatan pendahuluan untuk
mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa
1) Mendiskusikan
atau menginformasikan tujuan pembelajaran
2) Memberi
penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan
3) Menginformasikan
materi atau konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran
4) Menginformasikan
kerangka pelajaran
5) Memotivasi
siswa
Fase 2 : Fase Presentasi/Demonstrasi
Pada fase ini guru menyajikan
materi pelajaran baik berupa konsep atau keterampilan yang meliputi:
1) Penyajian
materi
2) Pemberian
contoh konsep
3) Pemodelan/peragaan
keterampilan
4) Menjelaskan
ulang hal yang dianggap sulit atau kurang dimengerti oleh siswa
Fase 3 : Fase Latihan Terstruktur
Dalam fase ini, guru
merencanakan dan memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan
latihan-latihan awal. Guru memberikan penguatan terhadap respon siswa yang
benar dan mengoreksi yang salah
Fase 4 : Fase Latihan Terbimbing
Pada fase ini, siswa diberi
kesempatan untuk berlatih konsep dan keterampilan serta menerapkan pengetahuan
atau keterampilan tersebut ke situasi kehidupan nyata. Latihan terbimbing ini
dapat digunakan guru untuk mengakses kemampuan siswa dalam melakukan tugas,
mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik atau tidak,
serta memberikan umpan balik. Guru memonitor dan memberikan bimbingan jika
perlu.
Fase 5 : Fase Latihan Mandiri
Siswa melakukan kegiatan
latihan secara mandiri, dan guru memberikan umpan balik bagi keberhasilan
siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Metode pembelajaran ceramah tidak
efektif untuk diterapkan dalam perkuliahan karena segala aktifitas dalam kelas
hanya dititik beratkan terhadap guru, sedangakan peseta didik hanya
menjadi pendengar saja/pasif. Maka dari itu dibutuhkan metode yang lain,
seperti besed learning atau besed intruction. Karena dua itu lebih menitik
beratkan segala aktivitas kepada siswa dan guru hanya menjadi fasilitator saja.
3.2 Saran
Begitu banyak hal yang
menakjubkan dalam metode-metode pembelajaran pada saat ini, hingga menjadikan
peserta didik lebih efektif dan aktif dalam proses belajar mengajar, dan begitu
banyak pula kekurangan-kekurangan saya dalam menyusun makalah ini. maka dari
itu kritik dan saran, saya harapkan dari pembaca guna membangun
kekreativitasan saya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Santrock John W, Educational
Psycology, The McGraw HillComnies, Inc., 2004
[1] Jhon W Santrock Educational Psychology, 2 nd Editon (New
York : The Mc Graw Hillcompanies,Inc., 2004), h. 301-302
Tidak ada komentar:
Posting Komentar