Kamis, 27 September 2012

Pengertian Dan Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir


Pengertian Dan Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

 

A. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)

B. Etiologi / Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
·  Preeklampsia dan eklampsia
·  Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
·  Partus lama atau partus macet
·  Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
·  Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
·  Lilitan tali pusat
·  Tali pusat pendek
·  Simpul tali pusat
·  Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
·Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
·Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
·Kelainan bawaan (kongenital)
·Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :
1.        Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2.        Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.
3.        Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).
4.         
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
·  Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
·  Warna kulit kebiruan
·  Kejang
·  Penurunan kesadaran
·   
D. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
(Wiknjosastro, 1999)

E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
·  Penafasan
·  Denyut jantung
·  Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

F. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1.      2 helai kain / handuk.
2.      Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3.      Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
4.      Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
5.      Kotak alat resusitasi.
6.      Jam atau pencatat waktu.
(Wiknjosastro, 2007).

G. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
- Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
- Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
- Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
- Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
- Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
- Kompresi dada.
- Pengobatan

Detail Cara Resusitasi
Langkah-Langkah Resusitasi
1.    Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2.    Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
3.    Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4.    Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5.    Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
6.    Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
1.   Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
2.   Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
3.   Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.
1.    100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
2.    60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.
3.    60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung.
4.    < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
5.    Kompresi jantung
Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung :
a.     Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi.
b.     Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.
7.   Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.
8.  Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.
9.  Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
10.  Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.
11.  Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.
12.  Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain :
- Alat pemanas siap pakai – Oksigen
- Alat pengisap
- Alat sungkup dan balon resusitasi
- Alat intubasi
- Obat-obatan
Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL TERHADAP BAYI NY. “R” DI RB SAYANG IBU DI 38B BANJAREJO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2007


ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL TERHADAP BAYI NY. “R” DI RB SAYANG IBU DI 38B BANJAREJO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2007


LANDASAN TEORI 

Definisi (Menurut Sarwono, 2005 ”Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”)
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama bayi pertamanya setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir :
1. Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat.
a. Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.
b. Ganti handuk / kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut dan memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
c. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit.
1) Bila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksilah bayi.
2) Bila suhu bayi < 36,5oC, segera hangatkan bayi tersebut. 2. Kontak dini dengan bayi a. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk : 1) Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir. 2) Ikatan batin dan pemberian ASI. b. Dorong ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (dengan menunjukkan refleks rooting) jangan paksa bayi untuk menyusu. Perubahan-perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran (Menurut Stright, 2004 ”Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir”) 1. Perubahan metabolisme karbohidrat Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula darah tali pusat akan menurun, energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 Mg/100 museum Lampung. Bila ada gangguan metabolisme akan lemah. Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia. 2. Perubahan suhu tubuh Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang > rendah dari suhu di dalam rahim. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar maka akan kehilangan panas mil konveksi. Evaporasi sebanyak 200 kal/kg/BB/menit. Sedangkan produksi yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/100 nya, keadaan ini menyebabkan penurunan suhu bayi sebanyak 20C dalam waktu 15 menit. Akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan O2 pun meningkat.
3. Perubahan pernafasan 
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas mill plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi. Rangsangan gas melalui paru-paru untuk gerakan pernafasan pertama.
a. Tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati janin lahir.
b. Menurun kadar pH O2 dan meningkat kadar pH CO2 merangsang kemoreseptor karohd.
c. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang, permukaan gerakan pinafasa.
d. Pernafasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30 detik setelah persalinan. Dimana tekanan rongga dada bayi pada melalui jalan lahir mengakibatkan cairan paru-paru kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut. Sehingga cairan yang hilang tersebut diganti dengan udara. Paru-paru mengembang menyebabkan rongga dada troboli pada bentuk semula, jumlah cairan paru-paru pada bayi normal 80 museum Lampung – 100 museum Lampung.
4. Perubahan struktur
Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2 meningkat tekanan CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah paru-paru sebagian sehingga aliran darah ke pembuluh darah tersebut meningkat. Hal ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dan menciutnya arteri dan vena umbilikasis kemudian tali pusat dipotong sehingga aliran darah dari plasenta melalui vena cava inverior dan foramen oval atrium kiri terhenti sirkulasi darah bayi sekarang berubah menjadi seperti semula.
5. Perubahaan lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi.

Tanda-tanda bayi baru lahir normal :
a. Berat badan : 2500 – 4000 gr
b. Panjang badan : 48 – 52 cn
c. Lingkar kepala : 33 – 5 cm
d. Lingkar dada : 30 – 38 cm
e. Bunyi jantung : 120 – 160 x/menit
f. Pernafasan dada : 40 – 60x/menit
g. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan diikuti vernik caseosa.
h. Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna.
i. Kuku telah agak panjang dan lepas.
j. Genetalia jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora, jika laki-laki testis telah turun.
k. Refleks hisab dan menelan telah terbentuk dengan baik.
l. Refleks moro bila dikagetkan akan kelihatan seperti memeluk.
m. Gerak refleks sudah baik bila tangan diletakkan benda bayi akan menggenggam.
n. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam.
Penatalaksanaan awal bayi baru lahir (Menurut buku Asuhan persalinan Normal Revisi 2007)
1. Pencegahan infeksi 
Tindakan pencegahan infeksi saat melakukan penanganan bayi baru lahir :
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan bayi.
b. Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan.
c. Pastikan semua peralatan telah desinfektan tingkat tinggi / steril. Jika menggunakan bola karena penghisap, pakai yang bersih dan baru.
d. Pastikan bahwa benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih.
2. Penilaian Awal
Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir secara cepat dan tepat, penilaian secara APGAR ditentukan setelah 1 menit dan 5 menit.
3. Pencegahan Kehilangan Panas 
Bayi baru lahir dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah.
Mekanisme kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir
a. Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi terjadi karena menguapkan air ketuban yang tidak cepat dikeringkan, atau terjadi setelah bayi dimandikan.
b. Kondiksi adalah kehilangan panas melalui kontrak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
c. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapak dengan udara di sekitar yang lebih dingin.
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.
Cara mencegah kehilangan panas 
a. Keringkan bayi secara seksama.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
c. Tutup bagian kepala bayi.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
4. Rangsangan Taktil
Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat, hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernafasan spontan. Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan rangsangan dan menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.
5. Merawat tali pusat
a. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
b. Bilas tangan dengan air matang / desinfeksi tingkat tinggi.
c. Keringkan tangan tersebut dengan handuk / kain bersih dan kering.
d. Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang diinfeksi tingkat tinggi / klem plastik tali pusat.
e. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling puntung tali pusat dan lakukan pengikatan ke 2 dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada hasil yang berlawanan.
f. Lepaskan menjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%.
g. Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering. Pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik.
6. Rawatan tali pusat 
a. Jangan membungkus, mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat dan nasihati keluarga agar tidak memberikan apapun pada pusat bayi.
b. Pemakaian alkohol ataupun beladin masih diperkenankan sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah / lembab.
c. Beri nasihat kepada ibu / keluarga sebelum penolong meninggalkan bayi :
1) Lipat popok di bawah putung tali pusat.
2) Jika putung tali pusat kotor, cuci dengan lembut menggunakan air matang, dan sabun keringkan dengan kain bersih.
3) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencapai bantuan perawatan jika pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah / darah dan segera rujuk bayi kefasilitas yang lebih memadai.
7. Mulai Pemberian ASI
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setlah tali pusat diklem dan dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.
Keuntungan peberian ASI
a. Merangsang produksi air susu ibu
b. Memperkuat reflek menghisab bayi
c. Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya
d. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum
e. Merangsang kontraksi uterus
Posisi untuk menyusui 
a. Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara urus agar muka bayi menghadapi ke payudara ibu dengan hidung di depan puting susu ibu.
Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang seluruh tubuh bayi tidak hanya leher dan bahunya.
b. Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap puting susu.
c. Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada puting susu di payudaranya.
1) Dagu menyentuh payudara ibu.
2) Mulut terbuka lebar.
3) Mulut bayi menutupi sampai ke areola.
4) Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar.
5) Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-kadang berhenti.
8. Upaya profilaksis terhadap gangguan mata.
Tetes mata / salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam 1 jam pertama kehidupannya.
Tehnik pemberian profilaksis mata :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
b. Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan, yakinkan mereka bahwa obat tersebut akan sangat menguntungkan bayi.
c. Berikan salep / teki mata dalam satu garis lurus, mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata.
d. Jangan biarkan ujung mulut tabung / salep atau tabung penetes menyentuh mata bayi.
e. Jangan menghapus salep / tetes mata bayi dan minta agar keluarganya tidak menghapus obat tersebut.
Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir 
 sulit /
àa. Pernafasan  > 60x/menit.
 terlalu panas (
àb. Kehangatan >38oC atau terlalu dingin <36oC)
 kuning (terutama pada 24 jam pertama). Biru/pucat, memar.
àc. Warna
 hisapah lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah.
àd. Pemberian makan
 merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,berdarah.
àe. Tali pusat
 suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan nanah,bau busuk, pernafasan sulit.
àf. Infeksi
 tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
àg. Tinja / kemih
 menggigil, atau tangis tidak bisa, sangat mudah tersinggung lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.
àh. Aktivitas

DAFTAR PUSTAKA 

Prawirohardjo. Sarwono. 2005. Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. Jakarta : JNPKKR. POGI.

Stright. R.Barbara. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir : Jakarta : EGC.

Buku Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL 
TERHADAP By. Ny. R DI RB. SAYANG IBU
DI 38B BANJAREJO LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2007

I. Pengumpulan Data Dasar 
Pada tanggal 13 November 2007, Pukul 1.45 WIB
1. Identitas
Nama bayi : By. Ny. R
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 13 November 2007
Jam : 16.45 WIB
Anak ke : II (dua)
Alamat : 38B Banjarejo Lampung Timur
Nama Ibu : Ny. R Nama Ayah : Tn. R
Umur : 26 tahun Umur : 30 tahan
Pendidikan : SMA Pendidikan : D.III
Agama : Islam Agama : Islam 
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : 38B Banjarejo Alamat : 38B Banjarejo
Lam-Tim Lam-Tim
Keluhan utama :
By. Ny. “R” lahir spontan pervaginam. Bayi kotor oleh lendir bercampur darah, lemak. 
2. Riwayat Kesehatan 
a. Riwayat kehamilan, persalinan yang lalu 
Hamil
Ke : Tahun
Lahir Jenis
Persalinan Penyulit komplikasi Penolong BBL Keadaan
Anak
I 2003 Spontan Tidak ada Bidan 2.900 Sehat 

b. Riwayat Persalinan Sekarang 
- Usia kehamilan : 40 minggu
- Lama persalinan 
Kala I : 5 jam 
Kala II : 45 menit 
Kala III : 15 menit 
Kala IV : 2 jam setelah persalinan 
Keadaan air ketuban : jernih 
Waktu pecah : 15.30 WIB
Jenis persalinan : spontan 
Lilitan tali pusat : tidak ada
Episiotomi : tidak ada
Obat-obatan dipergunakan : oxytosin
Ditolong oleh : Bidan
c. Nilai APGAR Sore
No Aspek yang dinilai Menit pertama
1
2
3
4
5 Apperance
Polse
Gramace
Activity
Respirasi 2
2
2
2
1
Jumlah 9
3. Pemeriksaan Fisik 
Tanda – tanda vital 
Temp : 36,7oC BB : 3000 gr RR : 38x/menit 
Pols : 100x/menit PB : 50 cm 
a. Kepala 
UUB : datar UUN : datar
Moulage : O Sucudenum : tidak ada 
Bentuk kepala : simetris Keadaan tubuh : tidak ada kelainan 

b. Mata 
Bentuk mata : simetris Strabismus : tidak ada 
Pupil mata : normal Sklera : tidak ikterik 
Keadaan : bersih 
c. Hidung 
Bentuk : simetris
Pernafasan cuping hidung : tidak ada 
Keadaan : bersih 
Lubang hidung : lengkap 
d. Mulut 
Bentuk : simetris Palatum : normal 
Refleks hisap : baik Bibir : lengkap atas bawah 
Gusi : normal 
e. Telinga 
Posisi : simetris kanan kiri, dan telinga teraba lunak 
Keadaan : bersih tidak ada sumbatan 
f. Leher 
Pembesaran vena / kelenjar : tidak ada 
Pergerakan leher : dapat bergerak kanan kiri 
g. Dada 
Posisi : simetris Denyut jantung : 100x/menit 
Mamae : ada Pernafasan : 38x/menit 
h. Perut 
Posisi : simetris 
Tali pusat : basah 
Tidak ada pembesaran dan benjolan 
i. Ekstremitas 
Atas :
Jari tangan : lengkap 
Posisi dan bentuk : simetris kanan – kiri 
Bawah :
Jari kaki : lengkap 
Pergerakan : aktif 
Refleks : babinsky negatif 
j. Genetalia 
Lengkap terdapat labia mayora dan minora (positif), urema (positif) klitoris (positif) jenis kelamin : perempuan, anus : (positif) tidak ada sumbatan, BAK pertama : (negatif) BAB pertama : (negatif)
k. Refleks 
Mengisap (suckling) : baik 
Refleks kaki (stapping) : baik 
Menggenggam (graping) : baik 
Refleks moro : baik 
l. Ukuran antopometri 
BB : 300 gr
TB : 55 cm 
Lingkar Kepala : 50 cm 
Lingkar Dada : 32 cm
Lila : 11 cm
4. Data Psikososial 
- Respons ibu terhadap anak : ibu senang dengan kelahiran anaknya 
- Respons keluarga terhadap anak : keluargapun senang dengan kelahiran anak ini 
5. Nutrisi 
ASI belum diberikan 

II. Pengumpulan Data Dasar 
1. Bayi Ny. R dengan lahir normal 
Ds : anak lahir tanggal 13 Nopember 2007, pukul 16.45 WIB
persalinan spontan 
Do : Tanda – tanda vital 
BB : 300 gr Temp : 36,7oC
PB : 50 cm Pols : 100x/menit 
RR : 38x/menit 
APGAR Score : 9
Masalah : Bayi Ny. R dengan lahir normal pervaginam tubuh bayi kotor oleh lendir bercampur darah dan lemak.
Kebutuhan : 
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tidak terjadi hipotermi
Dasar : 
1) Bayi lahir tanggal 13 November 2007, pukul 16.45 WIB
2) Tubuh bayi masih basah oleh ketuban 
b. Perawatan tali pusat 
Dasar :
1) Bayi lahir tanggal 13 November 2007 pukul 16.45 WIB
2) Tali pusat masih basah 
c. Pemberian ASI eksklusif
Dasar 
1) Bayi baru lahir 
2) Bayi belum diberi ASI 
III. Antisipasi Diagnosa dan Masalah Potensial 
1. Potensial terjadi hipotermi
Dasar : tubuh bayi masih basah oleh air ketuban 
2. Potensial perpindahan micro organisme 
Dasar : tali pusat masih basah 
IV. Kebutuhan Intervensi Segera dan Kolaborasi 
1. Tindakan segera : melakukan slip zuiger pada bayi 
2. Kolaborasi : dilakukan bila terjadi asfeksia berat dan infeksi tali pusat 
V. Rencana Management 
1. Melakukan slip zuiger.
2. Bersihkan badan bayi dengan waslap bersih dan bungkus dengan kain hangat.
3. Potong tali pusat dan perawatannya.
4. Observasi pernafasan, suhu, denyut jantung.
5. Anjurkan pada ibu untuk segera menyusui bayinya.
6. Perawatan bayi baru lahir.
7. Lakukan tindakan teknik aseptik dan anti septik.
8. Letakkan bayi di atas ibu untuk menjalin hubungan batin dan disusui.
9. Mandikan bayi minimal 6 jam kemudian.
10. Jelaskan pada ibu tentang keadaan bayinya saat ini.
VI. Implementasi Langsung 
1. Melakukan slip zuiger
Membersihkan saluran hidung kemudian mulut bayi.
2. Membersihkan badan bayi dengan waslap bersih dan membungkus dengan kain hangat.
3. Merawat tali pusat
Dengan cara tali pusat dibungkus dengan kapas alkohol.
4. Mengobservasi pernafasan, suhu dan denyut jantung bayi
RR : 38x/menit 
Temp : 36,5oC
Pols : 100x/menit 
5. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya.
6. Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik merawat bayi baru lahir dengan menggunakan haid scone membungkus tali pusat dengan kasa alkohol.
7. Memandikan bayi minimal 6 jam kemudian.
8. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan bayinya saat ini bahwa bayinya dalam keadaan sehat tanpa kelainan.
VII. Evaluasi 
Bayi baru lahir normal umur 2 jam
1. Keadaan umum bayi baik, kesadaran baik
2. Tali pusat terawat baik 
3. Tidak terjadi perubahan suhu 
Temp : 36,5oC
RR : 38x/menit 
Pols : 100x/menit 
4. Anak sudah BAB 1x dan BAK 2x
5. Anak menangis keras kemudian tertidur pulas 
6. Ibu mengatakan belum dapat menyusui bayinya

Catatan Perkembangan 
Hari ke-2
Tanggal 15 November 2007
S : 1. Ibu mengatakan sudah melakukan yang dianjurkan.
2. Ibu mengatakan sudah memberi ASI pada bayinya.
3. Ibu mengatakan anaknya BAB 3x.
4. Ibu mengatakan anaknya tampak sehat dan akan segera pulang.
5. Ibu mengatakan anaknya sudah dimandikan dan dibedong.

O : 1. Keadaan umum bayi baik 
2. Tali pusat terawat baik 
3. BB : 3000 gr
4. Suhu : 36,7oC
5. RR : 30x/menit 
6. Pols : 90x/menit 
7. Anak tidur pulas 
8. Refleks 
a. Moro : ada
b. Roating : ada 
c. Isap : ada
9. Eliminasi : BAK 5-6 x/hari, BAB 2 x/hari

A : Bayi umur 1 hari keadaan baik 

P : 1. Jelaskan pada ibu pentingnya kebersihan tubuh bayi setelah BAB dan BAK 
2. Anjurkan kepada ibu agar hanya memberi asi sampai usia 4 bulan 
3. Anjurkan kepada ibu tentang perawatan bayi sehari-hari.
4. Ajarkan pada ibu perawatan tali pusat.
5. Ajarkan pada ibu segera ke tenaga kesehatan bila ada kelainan pada bayinya.

Catatan perkembangan Hari ke-6
Tanggal 19 November 2007
S : Ibu mengatakan bayi minum ASI kuat.

O : 1. bayi baru lahir hari ke 6
2. Keadaan umum bayi baik 
3. Tanda vital 
BB : 300 gr
Suhu : 36,70C
Nadi : 127x/menit
RR : 35x/menit 
4. Refleks 
a. Moro : ada
b. Roating : ada 
c. Isap : ada
5. Eliminasi : BAK 7 x/hari, BAB 2 x/hari
6. Tali pusat terawat baik dan mulai mengering

A : 1. Diagnosa
Bayi baru lahir hari ke 6
Dasar : a. Bayi lahir tanggal 13 November 2007
b. Bayi minum ASI kuat 
2. Masalah 
a. Potensial infeksi pada tali pusat 
Dasar : 
Bayi baru lahir hari ke 6
b. Potensial Hipotermi 
Dasar : 
Bayi baru lahir hari ke 6

P : a. Lakukan perawatan bayi sehari-hari 
b. Lakukan perawatan tali pusat yang hampir lepas 
c. Perhatikan keadaan umum bayi 
d. Observasi tanda vital 
e. Perawatan umbilikus setelah tali pusat lepas 

Catatan perkembangan hari ke 14
Tanggal 27 November 2007
S : Ibu mengatakan bayi minum ASI kuat dan tali pusat sudah lepas.


O : 1. Bayi baru lahir hari ke 14
2. Tanda-Tanda Vital 
BB : 3000 gr
Suhu : 36,80C
Nadi : 130x/menit
RR : 36x/menit
3. Refleks 
a. Moro : ada
b. Roating : ada 
c. Isap : ada
4. Eliminasi : BAK 6-7 x/hari, BAB 2 x/hari
5. Tali pusat sudah lepas 

A : 1. Diagnosa
Bayi baru lahir hari ke 14
Dasar : a. Bayi lahir tanggal 13 November 2007
b. Tali pusat sudah lepas
c. Bayi minum ASI kuat.
2. Masalah : tidak ada 
3. Kebutuhan penyuluhan 
Perawatan bayi baru lahir sehari-hari.
Dasar : a. Bayi baru lahir hari ke 14
b. Tali pusat sudah lepas

P : 1. Lakukan perawatan bayi sehari-hari di rumah
2. Perhatikan keadaan umum bayi 
3. Observasi tanda vital sign bayi 
4. Jaga kebersihan bayi sehari-hari

Perpanjangan Izin Rumah Bersalin

Izin Rumah Bersalin adalah izin yang diberikan kepada perorangan, yayasan atau badan hukum lainnya untuk menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan Keluarga Berencana serta perawatan bayi baru lahir. 

Dasar Hukum : 
1.    Peraturan Menkes No. 920/MENKES/PER/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medis.
2.    Peraturan Daerah Kabupaten Sleman No.17 tahun 2004 tentang Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik